Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Raker DPP Pleno

Gambar
RAPAT KERJA  Dewan Pastoral Pleno Paroki Santo Yoseph Denpasar  sukses digelar pada Jumat dan Sabtu 26-27 Januari 2017. Profisiat untuk Panitia Penyelenggara dan terima kasih untuk DPP Pleno, Utusan Lingkungan/Stasi dan Kelompok Kategorial  yang  aktif mengambil bagian dalam seluruh proses Rapat Kerja (Raker) tersebut.         Rapat Kerja telah memaparkan gambaran pencapaian program kerja pada periode 2016/2017 dan menawarkan Program Kerja Periode 2018. Ada program yang belum dilaksanakan, tetapi  ada yang sudah dilaksanakan. Kita patut bersyukur bahwa dalam situasi apapun kita masih tetap “berpastoral Paroki”  dan yakin, seyakin-yakinnya Tuhan Yesus  tidak akan meninggalkan kita sebab Ia berjanji “Aku akan bersama kalian sampai akhir jaman”.        Untuk sukses menjalankan seluruh program 2018 kita perlu revolusi mental, revolusi perasaan, revolusi egoisme sehingga dalam “Kebersamaan” kita bisa meraih hasil yang memuaskan. Di tengah situasi ini, tentu saja Domba yang lemah perlu

Mgr.Dr.Benyamin Yosef Bria,Pr

Gambar
Tanggal 18 April 2000 Paus Johanes Paulus II mengangkat Romo Benyamin Y Bria,Pr, imam praja dari Keuskupan Atambua. Berita pengangkatan beliau disampaikan oleh Mgr.Renzo Fratini, Duta Vatikan untuk Indonesia. Kabar pengangkatan itu disebarluaskan di seluruh gereja paroki pada misa malam Kamis Putih 20 April 2000.Bulla pengangkatan Mgr. Benyamin Y Bria,Pr ditetapkan tanggal 14 April 2000. Mgr. Dr. Benyamin Y Bria,Pr lahir di Oekabiti, Paroki Seon, Kabupaten Belu 7 Agustus 1956. Menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Aero Paroki Seon 1964 – 1969, SMPK Oelolok Paroki Kiupukan 1970-1971, SMPK Seon 1972-1973, Seminari Menengah Lalian 1973-1976, Seminari Tinggi St.Petrus Ritapiret 1977-1984. Tahun 1977 masuk Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Ritapiret, 1978-1981 studi filsafat di STFK St.Paulus Ledalero, 1982 Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Seminari Lalian dan 1983 – 1984 studi teologi. Tanggal 28 Oktober 1984 ditahbiskan sebagai diakon di Ritapiret dan tanggal 29 Juni 1985 menerima

Mgr.Vitalis Djebarus,SVD

Gambar
Mgr. Vitalis Djebarus,SVD lahir di Wangkung, Manggarai, Flores tanggal 26 Pebruari 1929. Tanggal 14 Januari 1959 ditahbiskan sebagai imam Serikat Sabda Allah. Tanggal 17 Maret 1973 Tahta Suci mempercayakannya sebagai Uskup Keuskupan Ruteng menggantikan Mgr. Wihelmus van Bekkum,SVD. Tanggal 5 Mei 1973 ditahbiskan sebagai Uskup Ruteng. Tanggal 13 Januari 1981 dilantik sebagai Uskup Keuskupan Denpasar menggantikan Mgr. Antonius Tijsen,SVD yang mundur karena alasan kesehatan. Di masa kegembalaannya karya pendidikan, kesehatan dan karya social menjadi perhatian. Pada 24 November 1990, Gereja di pulau Sumbawa yang sebelumnya masuk dalam wilayah gerejani Keuskupan Weetebula digabungkan dengan wilayah gerejani Keuskupan Denpasar. Serah terima dilakukan antara Uskup Denpasar Mgr. Vitalis Djebarus,SVD dan Uskup Weetebula Mgr. Kherubim Pareira,SVD. Di masa kegembalaan Mgr. Vitalis Djebarus SVD, pembangunan Gereja Katedral Denpasar mulai diwujudkan.Tahun 1996 kesehatan Mgr. Vitalis Djebar

Mgr. Antonius Thijssen,SVD

Gambar
Tanggal 12 Januari 1973 Mgr.Antonius Tjisen,SVD diangkat menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Denpasar. Mgr. Tijsen lahir di Baarle Belanda 26 Mei 1906 dan tanggal 8 September 1925 masuk novisiat SVD di Helvoirt Belanda. Mengucapkan kaul kekal sebagai biarawan SVD tahun 1931 dan tanggal 31 Januari 1932 ditahbiskan sebagai imam. Tahun 1932 – 1934 mengajar di Seminari Menengah Uden Belanda. Tahun 1934 ia tiba di Indonesia dan berkarya di Larantuka sampai tahun 1937. Ia dipercayakan sebagai dosen dan prefek Seminari Tinggi pertama di Mataloko, yang kemudian pindah ke Ledalero pada tahun 1938. Tugas ini diembannya sampai tahun 1942.Tahun 1942-1945 ia ditawan Jepang dan dipenjarakan di Makasar Sulawesi selatan. Tahun 1946 ia kembali ke Flores dan bertugas sebagai dosen dan prefek Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Tahun 1947 ia diangkat menjadi regional wilayah Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba dan Flores. Tanggal 3 Mei 1951 ia diangkat oleh Tahta Suci sebagai Uskup Ende. Tanggal

Mgr.Dr.Paulus Sani Kleden,SVD

Tanggal 3 Januari 1961 Prefektur Apostolik Denpasar (Bali-Lombok) ditingkatkan menjadi Keuskupan Denpasar. Tahta suci mengangkat Mgr.Dr.Paulus Sani Kleden,SVD sebagai uskup Keuskupan Denpasar. Beliau lahir di Larantuka Flores Timur dan ditahbiskan sebagai uskup tanggal 3 Oktober 1961 di Gereja Palasari. Uskup pentahbis (konsekrir) adalah uskup Agung Ende Mgr. Gabriel Manek,SVD sedangkan Mgr. Antonius Thijssen,SVD (Uskup Larantuka waktu itu) dan Mgr. Th. van den Tillaart,SVD (Uskup Atambua waktu itu) selaku Konsekratores. Uskup-uskup yang hadir pada kesempatan itu adalah Mgr. Djajaseputra, Mgr. Soegiyopranata, Mgr. V.Klooster, Mgr. Albers, Gubernur Bali Anak Agung Sutedja dan pejabat lainnya serta umat yang berdatangan dari Bali dan Lombok. Pater Blanken,SVD menulis; “ Di waktu itu juga banyak imam-imam dari Flores datang dan mereka heran sekali atas kemajuan dan kekuatan Gereja Katolik di Bali/Lombok itu, lebih-lebih dengan ingat bahwa masih muda betul kerajaan Kristus di sini

P.Nobert Shadeg,SVD, Dkk

Gambar
Tahun 1950 misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) datang ke Bali. Mereka adalah Fr. B.Blanken,SVD, Fr. J.Heyne,SVD, Fr. C.van Lersel,SVD, Fr. J.Flaska SVD dan Fr. Nobert Shadeg SVD. Pada 9 Juli 1953 Romo Nobert Shadeg mendirikan Seminari Menengah Roh Kudus dan sebuah SMP Katolik di Tangeb.Tempat belajar seminari menempati sebagian gedung SMP Tangeb.Dengan demikian dimulai sebuah tempat pesemaian panggilan imam dalam sebuah prefektur apostolic yang usianya masih sangat muda yakni baru 20 tahun. Pada tahun 1956 Seminari pindah ke Tuka karena telah memiliki gedung sendiri. Banyak orang tidak mengerti keberaniannya mendirikan sebuah sekolah seminari dalam usia gereja yang masih sangat muda.Tetapi Pater Shadeg menjelaskan; “Inilah impian misiologis seorang misionaris untuk menjadi tidak dibutuhkan lagi sesudah gereja local berkembang dan sampai pada suatu tahap otonomi dan kematangan yang memadai. Tahun 1953 merupakan privilese saya untuk membuka sebuah seminari kecil pertama di pulau

Mgr. Hubertus Hermens,SVD

Tanggal 10 Juli 1950 tahta suci di Roma memisahkan Bali dan Lombok dari Vikaris Apostolik Sunda Kecil dan menjadi Prefektur Apostolik Denpasar.Tahta suci mengangkat Mgr. Hubertus Hermens SVD sebagai Prefektur Apostolik Denpasar. Mgr. Hubertus Hermens,SVD memilih tempat tinggal di Singaraja sejak tahun 1950 sampai beliau diganti oleh Uskup Denpasar Mgr. Dr.Paulus Sani Kleden tahun 1961.   Tanggal 1 Juni 1951 Surat Kantor Misi/Bureau (K.M.B/CMB) Pusat tentang izin luar biasa ex pasal 177 meminta penjelasan apakah ketentuan larangan bagi karya misi di Bali tersebut masih berlaku dalam negara berdaulat Indonesia. Surat ini dikirim kepada Menteri Dalam Negeri Mr. Iskak Tjokrohadisuryo atas usaha Mgr. Hermens, Mgr. Soegyopranata,SJ dan Bapak I.J. Kasimo. Tanggal 25 Juli 1951 Mr. Iskak Tjokrohadisurjo mengirim surat kepada Gubernur Kepala Daerah Sunda Kecil di Singaraja yang mengatakan bahwa pasal 177 I.S.tidak dianggap masih berlaku. Gubernur Sunda Kecil Mr. Susanto Tirtoprodjo tanggal

P. Van der Heijden,SVD

Tahun 1935 Mgr. H.Leven mewujudkan keinginannya menempatkan misionaris di Mataram Lombok yakni Pater Van der Heijden,SVD.Pada tanggal 14 Mei 1935 Pater Van der Heijden,SVD tiba dan menetap di Mataram Lombok. Dan ini menjadi awal karya misi di pulau Lombok. Ia menetap di Mataram untuk melayani umat katolik keturunan Cina, Jawa dan Flores. Pada Pentekosta 9 Juni 1935 umat katolik pertama dibaptis di Mataram. Tahun 1939 P. H. de Beer,SVD tiba di Mataram Lombok untuk melayani umat di pulau Lombok. Ia mendirikan sekolah Kwa Hua untuk umat keturunan Cina dan masyarakat Cina umumnya. Tahun 1928 dicatat sebagai tonggak sejarah hadirnya agama katolik di Sumbawa karena saat itu sudah ada register permandian. Tahun 1930 Sumbawa dikunjungi oleh Mgr. Verstralen,SVD. Tahun 1935 P.J.Dressers SVD menetap di Sumbawa dan karya yang dilaksanakannya adalah mengajar agama. Tahun 1935 umat katolik di Sumbawa yang telah dibaptis dilayani oleh P.van der Heijden,SVD yang bertugas di Mataram Lombok. 

P. Simon Buis,SVD

Tanggal 29 September 1936 P.Simon Buis,SVD menetap di Bali. Ia melanjutkan pembangunan Gereja Tuka.Tanggal 14 Pebruari 1937 Gereja Tuka diberkati dengan nama pelindung Tritunggal Mahakudus.Saat itu, jumlah umat katolik di Bali telah mencapai 145 orang, 89 orang di antaranya adalah orang Bali asli. Tahun 1938 Fr. August de Boer juga tiba di Bali. Tentang pemberkatan Gereja Tuka P.Simon Buis menulis sebuah laporan berjudul “Blessing of The First Church in Bali yang dimuat dalam Het Soerabaische Handels Blad 19 Pebruari 1937. P.Simon Buis menulis; 14 Pebruari 1937 peserta Konggres Ekaristi di Manila asal Belanda dan Amerika Utara mampir di Bali dan mengunjungi desa Tuka. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk memberkati Gereja Tuka oleh Mgr. Abraham, Uskup Michigan City Amerika Serikat Tanggal 15 September 1940 P. Simon Buis mendapat ijin dari Raja Bali untuk boleh menempati kawasan Palasari. P. Simon Buis SVD memimpin umat melanjutkan pencarian tempat tinggal baru ke Palasari. Namun ada ti

Pater de Azevedo SJ, Pater Manuel Carnalho SJ, Pastor Timers dan Pastor Fischer

Menurut Lontar Purana (Koleksi Gedong Kirtya Singaraja No 827 ) pada abad ke-14 di Bali berdiri kerajaan Gelgel di Klungkung. Antara tahun 1550 – 1580 Kerajaan Gelgel diperintah oleh Raja Dalem Di Made. Beliau pada tahun 1635 menulis surat pada daun lontar yang meminta orang-orang Portugis di Malaka untuk datang berdagang ke Gelgel dan mengirim misionaris untuk memperkenalkan agama Kristen. Isi lontar itu sebagai berikut; “Saya senang sekali jika mulai sekarang kita bersahabat dan orang datang ke pelabuhan ini untuk berdagang. Sayapun akan senang sekali jika imam-imam datang ke sini agar siapa saja yang menghendaki dapat memeluk agama Kristen”. Pada tanggal 11 Maret 1635 Pater de Azevedo SJ dan Pater Manuel Carnalho SJ meninggalkan Malaka menuju Bali. Tanggal 12 Desember 1635 Provinsial Kochin menulis surat kepada Superior Jenderal SJ di Roma yang mengabarkan bahwa dua misionaris itu telah tiba di Bali. Namun apa yang terjadi sesudah itu tak diketahui karena tidak ada informasi

P.J. Kersten,SVD

Gambar
Tahun 1935 Mgr. H.Leven mewujudkan keinginannya menempatkan misionaris di Denpasar yakni Pater J.Kersten SVD yang tiba di Denpasar Bali pada 11 September 1935. PaterJ.Kersten SVD berhadapan dengan sejumlah masalah, terutama soal bahasa. Ia tekun belajar bahasa dan budaya Bali. PaterJ.Kersten SVD menerbitkan hasil penelitiannya dalam Balische Grammatica atau Tata Bahasa Bali dan Kamus Umum Bahasa Bali-Indonesia. Ia dibantu oleh tenaga awam antara lain Pan Bukian, Made Merta yang menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Bali. Tentang tugasnya di Bali Pater Kersten menulis; “Tidak mudah mendapat ide bagaimana memulai suatu misi di pulau di mana tak seorang pun yang katolik dan di mana pemerintah melawan segala macam karya misi.” 16) Pada bulan November 1935 dua katekis protestan bertemu dengan P.J.Kersten,SVD. Mereka adalah I Wayan Dibloeg dan I Made Bronong dari Desa Tuka,Bali. Pertemuan itu menjadi tonggak sejarah Gereja Katolik Bali. Pada Hari Raya Pentekosta 1936 I Wayan Dibloeg d

Mgr. H. Leven,SVD

Gambar
Pengganti Mgr. Verstraelen,SVD adalah Mgr. H.Leven,SVD.Tahun 1934 Gubernur Jenderal Hindia Belanda bertemu dengan Mgr. H.Leven di Ndona. Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengatakan; “Tuan boleh berharap bahwa dalam waktu dekat ini akan ada penyelesaian yang memuaskan mengenai masalah di Bali.” Ungkapan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ini bagi Mgr. H.Leven merupakan angin segar bagi pewartaan Injil di Bali dan Lombok.(Arsip Keuskupan Agung Ende,hal.30) Pater van der Heijden,SVD tiba di Mataram Lombok tanggal 14 Mei 1935. Tugas mereka adalah melayani umat katolik Eropa, Cina, Jawa dan Flores . Dengan demikian masa pertumbuhan karya misi di Keuskupan Denpasar dimulai sejak tahun 1935.

Mgr. Verstraelen,SVD

Gambar
Pengganti Mgr.H. Noyen adalah Mgr. Verstraelen,SVD sejak tahun 1922.Pada tanggal 11 Juni 1924 Mgr. Verstraelen mengajukan permohonan kepada Kantor Jawatan Pengajaran dan Agama Batavia untuk mendirikan sebuah sekolah Hollancdch Inlansche School (HIS) di Bali.Tetapi tidak mudah mendirikan sebuah sekolah katolik di Bali dimana waktu itu tak seorang pun penduduk asli Bali beragama katolik. Tanggal 12 Maret 1925 Mgr. Verstraelen mengirim surat kepada pemerintah Hindia Belanda agar permohonan mendirikan sekolah katolik di Bali yang diajukan tanggal 11 Juni 1924 didiamkan dulu.Baru pada tanggal 12 Mei 1925 permohonan mendirikan sekolah di Bali disetujui oleh Jawatan Pengajaran dan Agama Batavia. Tetapi tanggal 20 Mei 1925 melalui telegram Mgr. Verstraelen,SVD mengabarkan kepada pemerintah Hindia Belanda bahwa untuk sementara usaha-usaha misi untuk Bali didiamkan sementara. Hal ini sangat berkaitan erat dengan kekurangan tenaga misionaris untuk ditempatkan di Bali. Upaya-upaya selanjutnya

Mgr. H. Noyen,SVD

Gambar
Pada tanggal 8 Maret 1912 wilayah gerejani Sunda Kecil diserahkan kepada Serikat Sabda Allah (SVD). Tanggal 16 September 1913 wilayah Sunda Kecil menjadi Prefektur Apostolik Sunda Kecil meliputi Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor dan pulau-pulau sekitarnya. Pusat Prefektur Apostolik Sunda Kecil di Ende Flores. Tahta Suci Vatican mengangkat Mgr.H. Noyen sebagai Prefektur Apostolik dan bertempat tinggal di Ndona,Ende. Pada tahun 1916 Mgr.H.Noyen beberapa kali mengunjungi Bali untuk memberikan pelayanan rohani kepada sejumlah orang Eropa dan Melayu yang beragama katolik. Tanggal 26 September 1920 Mgr.H.Noyen mendapat dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk boleh membuka HIS, di Bali, sebuah sekolah untuk kalangan ekonomi tinggi. Untuk maksud itu ia memilih kota Klungkung sebagai tempat paling strategis untuk mendirikan sekolah. Namun karena kekurangan tenaga kesempatan itu tak dimanfaatkan. Tahun 1920 Mgr.H. Noyen,SVD berangkat ke Roma setelah mengadakan suatu a

Kepemimpinan Pastoral : Antara Domba dan Gembala

Gambar
RD. Herman Yoseph Babey Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseph Babey didaulat oleh DPP Santo Yoseph sebagai nara sumber untuk memberikan input pada Rapat Kerja DPP Pleno Santo Yoseph pada Jumat 26 Januari 2018 lalu. Romo Babey memaparkan tentang pentingnya kepemimpinan pastoral sehingga tema pastoral Keuskupan Denpasar tahun 2018 adalah “Kepemimpinan Pastoral”.        Mengapa kepemimpinan pastoral penting untuk diperhatikan? Romo Babey sebutkan, kepemimpinan pastoral perlu sebab, bayangkan saja kalau tidak ada pemimpin maka orang akan jalan sendiri-sendiri. Dan bisa  dipastikan apa yang akan terjadi. Kepemimpinan mutlak mulai dari keluarga ada kepala rumah tangga, KBG ada ketua KBG, Lingkungan/Stasi ada Ketua Lingkungan/Stasi, Paroki ada Pastor Paroki, Keuskupan ada Uskup dan Pemimpin Gereja sedunia. Itulah kepemimpinan pastoral.         Di Paroki, kata Romo Babey, pemimpin adalah Pastor Paroki yang ditunjuk oleh Uskup. Di Keuskupan pemimpin adalah Uskup yan

Ekaristi Kaum Muda (EKM) #5

Gambar
MINGGU 21 Januari 2018 telah terlaksana Ekaristi Kaum Muda atau sering disebut EKM. EKM kali ini dipimpin oleh Romo Paroki kita yakni Romo Yan Madya, SVD. Kemeriahan EKM semakin terasa karena diiringi oleh Koor dari OMK Paroki St. Yoseph.Selain koor oleh anak-anak muda kita, banyak anak muda lainnya yang terlibat dalam perayaan Ekaristi Kaum Muda ini. Dapat kita lihat juga pada bagian bangku tengah gereja juga dipersiapkan bagi anak-anak muda untuk mengikuti EKM. Jadi bagi anak muda yang kemarin belum ikut bergabung untuk duduk bersama teman OMK lainnya di EKM selanjutnya di tunggu yaaaa. Supaya lebih terasa Ekaristi Kaum Mudanya.         Limpah terima kasih kepada Romo Paroki yang selalu bersedia mendampingi OMK dalam setiap EKM ini dan terima kasih juga kepada semua yang sudah terlibat dalam kelancaran berjalannya EKM seperti pada bagian persembahan yang dibantu dari PDPKK YGYB dan tatib dari OMK Lingkungan St. Theresia serta para penerima tamu dari OMK Lingkungan St. Gregor

PERISTILAHAN DAN EKARISTI DALAM TATA KESELAMATAN

1.Peristilahan.     Sakramen yang akan diterima untuk pertama kalinya oleh beberapa orang anak kita pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (03 Juni 2018) disebut “Sakramen Ekaristi” karena melalui Sakramen ini Gereja mengucap “syukur” (Yunani : “eukharistia”) atas keselamatan yang dianugerahkan Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (bdk Rom 7:24-25). Beberapa nama lain dari Sakramen ini adalah : a. Perjamuan Tuhan (bdk 1Kor 10:21; 11:20), karena ia merupakan peringatan sekaligus aktualisasi “perjamuan terakhir” yang diadakan Tuhan Yesus bersama keduabelas murid pada malam sebelum sengsara-Nya (bdk Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:14-20; 1Kor 11:23-25). Selain itu, karena ia merupakan antisipasi “perjamuan surgawi” yang dijanjikan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya (bdk Mat 22:1-14; Luk 14:15-24; Why 19:9.17) b.Pemecahan roti, karena dalam perayaan ini diadakan ritus “pemecahan roti” yang akan dibagikan kepada umat beriman (bdk Kis 2:42.46) c.Komuni kudus, karena dengan merayaka

PEMBINAAN IMAN ANAK

DALAM KITAB Pertama Samuel, dikisahkan bahwa untuk mendekatkan Samuel kepada Tuhan, Elkana dan Hana sudah membawa dia ke dalam rumah Tuhan di Silo sejak ia “masih kecil betul” (bdk. 1 Sam 1:24), sehingga sejak ia masih muda belia ia sudah “menjadi pelayan Tuhan” (bdk. 1 Sam 2:11; 3:1). Dan dalam Injil Lukas, dikisahkan pula bahwa untuk mendekatkan Yesus kepada Tuhan, Yusuf dan Maria sudah membawa Dia ke dalam Bait Allah di Yerusalem sejak Ia masih kecil betul (bdk Lk.2:46-49). Dari kedua kisah itu, nampak sekali peranan besar pasangan suami istri Elkana – Hana dan Yosef – Maria bagi “pembinaan iman” anak mereka masing-masing. Berkat bimbingan dan keteladanan kedua orangtuanya, Elkana – Hana, Samuel bertumbuh dalam iman, sehingga akhirnya ia menjadi pelayan Tuhan yang baik. Demikian pula berkat bimbingan tanpa henti kedua orangtua-Nya, Yosef – Maria, Yesus bertumbuh dalam iman, sehingga suka tinggal di dalam rumah Tuhan (bdk Lk 2:49). Menyadari pentingnya “pembinaan iman” anak-anak

DOA, SABDA, DAN EKARISTI

MEMBANGUN KELUARGA merupakan panggilan Tuhan untuk setiap manusia. Dalam panggilan ini, keluarga diajak agar senantiasa menghadirkan wajah Allah yang penuh cinta kasih melalui peran dan tanggung jawab sebagai suami-istri. “Cinta kasih itu secara istimewa diwujudkan dengan tindakan yang khas perkawinan” (bdk. Gaudium et Spes 49). Oleh karena itu, kehidupan berkeluarga tidak boleh dipandang hanya sebatas kesepakatan untuk membangun kebersamaan hidup demi mewujudkan kebahagiaan. Lebih dari sekedar itu, keluarga adalah tempat dan sarana bagi Allah untuk menghadirkan diri-Nya. Berbagai masalah yang melanda kehidupan keluarga dewasa ini begitu kompleks. Perkembangan di berbagai bidang kehidupan sedikit banyak telah membentuk karakter dan identitas keluarga sebagai satu komunitas basis. Mentalitas konsumtif sebagai ciri khas keluarga-keluarga modern masa kini merupakan tanggapan terhadap berbagai perubahan yang tengah terjadi. Kenyataan ini memperlihatkan bagaimana dunia modern dengan s

KEWIBAWAAN

Dalam Bacaan Pertama (Ul 18:15-20), Musa menyampaikan nubuat bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi…. Ia akan menaruh firman-Nya dalam mulut sang nabi, dan nabi itu akan mengatakan segala yang diperintahkan Allah. Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan firman Allah yang diucapkan oleh nabi itu demi nama Allah, dari orang itu akan dituntut pertanggung-jawaban. Mazmur Tanggapan (Mzm 95:1-2.6-7.8-9) mengajak kita mendengarkan suara Tuhan, mengenali karya-karya-Nya yang besar sebagai pencipta dan gembala, dan kemudian membuka hati bagi-Nya dengan penuh kasih. Jemaat diajak memohon agar Allah berkenan membuka hati jemaat dan menyingkirkan segala penghalang : singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu. Dalam Injil hari ini (Mrk 1:21-28), ditampilkan nabi yang dinubuatkan Musa, yakni Yesus. Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa. Ia menyembuhkan orang “yang kerasukan roh jahat”. Teks Injil hari ini menonjolkan pelayanan Yesus,

Ekaristi Kaum Muda Kalian Diundang!

Gambar
SETIAP Minggu ketiga dalam bulan, Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santo Yoseph Denpasar menyelenggarakan perayaan ekaristi khusus untuk orang muda. Mereka menamakannya “Ekartisti Kaum Muda” (EKM).        Pada bulan ganjil perayaan ekaristi  dilaksanakan di Gereja Yesus  Gembala Yang Baik dan pada bulan genap  di Gereja Santo Yoseph Denpasar. Jadi misalnya pada Pebruari  nanti yang adalah bukan genap maka EKM  dirayakan  di Gereja Kepundung sedangkan pada Maret  di Gereja YGYB. Demikian seterusnya.       Orang muda ibarat bunga di taman, tumbuh warna warni mempesona. Tetapi kalau  tidak disiram ia akan layu sebelum berkembang. Khusus Orang Muda Katolik, Anda akan semakin mempesona kalau imanmu teguh dan kuat dalam menghadapi tawaran apapun yang menggiurkan.          Maka Perayaan Ekaristi menjadi tempat curahan AIR BERKAT  melimpah yang membuatmu semakin dekat dengan Tuhan. Maka mari kita  merayakan ekaristi.***

Bersyukur dan Berbagi Sukacita Pelayanan di Koor Paroki St. Yoseph

Gambar
Koor Paroki Santo Yoseph hadir dan melayani di paroki ini. Koor ini pada awalnya dibentuk atas usulan Bp. Andreas Sugeng dan Pengurus PS Gamaliel Sonora untuk menggantikan PS. Gamaliel Sonora yang berhalangan untuk melayani koor Misa Syukur HUT Gereja YGYB ke-3 pada tanggal 13 September 2013. Koor yang tadinya hanya bersifat sementara ini namun karena melihat semangat, antusiame dan kerinduan peserta koor yang menggebu-gebu untuk terus berlatih meningkatkan kualitas suara dan melayani dalam misa kudus, kemudian diputuskan untuk tetap melayani pada misa-misa kudus di paroki ini hingga saat ini.  Pada perkembangan selanjutnya koor ini justru menjadi kebanggaan bagi Paroki St. Yoseph, karena kehadirannya telah memberi warna indah dan membawa sukacita bagi umat sekalian, dan juga menjadi duta mewakili paroki dalam pelayanan di tingkat Dekenat Bali Timur. Bahkan menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya, kehadiran Koor Paroki Santo Yoseph juga telah menginspirasi beberapa pa

Rapat Kerja (Raker) DPP Paroki Santo Yoseph Denpasar

Gambar
Dua sore berturut-turut yakni   Jumat 26 Januarti dan Sabtu 27 Januari 2018 Dewan Pastoral Paroki Santo Yoseph Denpasar menggelar Rapat Kerja (Raker) untuk mengevaluasi kegiatan pastoral sepanjang tahun 2017   dan merencanakan program pastoral tahun 2018. Rapat dibuka oleh Pembimas Katolik Kementerian Agama Kantor Wilayah   Provinsi Bali bapak Drs. Lodovikus Lena. Rapat kerja ini berlangsung di Aula Perpustakaan  SVD Tuka pukul 17.00 wita  sampai pukul 21.00 wita. Pada pembukaan Jumat sore (26/1) diawali dengan registrasi peserta serta snack. Kemudian  dilanjutkan dengan  doa pembukaan yang dibawakan oleh Ketua Seksi Kitab Suci dan Katekese  DPP Santo Yoseph dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu sambutan Ketua I BPI  DPP bapak John Ngamal, sambutan Pembimas Katolik Kementerian Agama Kanwil Provinsi Bali bapak Drs. Lodovikus Lena sekaligus membuka dengan resmi rapat kerja tersebut. Selanjutnya  ada input dari nara sumber  yang disampaikan oleh

Doa di Pintu Rahim

Salam Maria penuh rahmat Kuberlutut di pintu rahimmu Rahim tempat Tuhan menyemai  sabda Yang menjelma menjadi daging Dan tinggal diantara kami Terpujilah engkau ibu semesta Perempuan yang terpilih Aku bersimpuh di cintamu Menghitung butir-butir tasbih Menyebut selalu namamu Terpujilah engkau diantara wanita Oh ibu…oh perempuan tanpa cela  Yang selalu mengalirkan benih rahmat Kepada jiwa-jiwa yang dahaga Di pintu rahimmu aku lantunkan doa Seutas harapan pada madah permohonan Agar  belaskasih keibuanmu turun atasku Mengajarkan  cinta dan kesetiaan Dan rasa hormat pada  martabat ibu Mengantar mereka pada tahta kehormatan Karena rahim mereka adalah rumahku Yang  pantas  kumeteraikan Dengan cinta sejati dan kesetiaan abadi Bunda…oh ibu Maria…. Ini doa kususupkan  di jiwamu yang kudus Agar engkau lebih  dekat mendengar  pintaku Lalu engkau  selipkan pada luka lambung  Putramu Dan Dia  meneteskan darahNya Membasuh luka batinku Membersihkan dosa-dosaku Dosa pad

Gabriella Agatha Christie

Gambar
OMK:Kreatif dan Beriman BUDAYA  baru telah lahir di Paroki St. Yoseph Denpasar terutama di kalangan Orang Muda Katolik. Mereka mampu  menyuguhkan sebuah proses pemilihan ketua OMK secara demokratis. Berbagai tahap  dilalui dan menjadi sebuah proses yang mencerminkan bahwa  Orang Muda Katolik mampu  melalukan kaderisasi dari, oleh dan untuk mereka sendiri.         Pemilihan Ketua OMK Paroki St. Yoseph  Minggu 21 Mei 2017 lalu sungguh menjadi momentum  yang memperlihatkan jati diri OMK. Bahwa mereka ada, berkreasi dalam penghayatan iman yang tak bisa dipandang sebelah mata. Pemilihan yang demokratis dan menghasilkan Ketua OMK secara demokratis, bukan sekedar menunjuk  saja, apa lagi dengan  model aklamasi. Maka terpilihnya Gabriella Agatha Christie sebagai Ketua OMK Paroki St. Yoseph adalah  cermin dari pilihan bebas tanpa tekanan dari 131  anggota OMK.       Kini di pundak mahasiswi  Semester IV Universitas Warmadewa kelahiran Kupang  14 Pebruari 1997 ini “ditaruh” tanggung jawab

Doa Kesatuan Gereja

MENGAPA  kita pada tgl 18 – 25 Januari berdoa secara khusus untuk kesatuan Gereja? Apa tujuannya? Dengan Gereja yang mana kita ingin bersatu? 1.        Doa untuk kesatuan Gereja pada tgl 18-25 Januari itu dinamakan Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS KUK). Hal ini merupakan ibadat ekumenis internasional dari murid-murid Tuhan Yesus Kristus untuk menanggapi kehendak Yesus, agar para murid-Nya saling mencintai (bdk. Yoh 13:34-35) dan karena itu mewujudkan cinta kasih itu dengan kesatuan di antara manusia seperti halnya Yesus Kristus dengan Bapa adalah satu (Yoh 17:23-30)             Menurut Paus Emeritus Benediktus XVI, “kesatuan penuh itu bersifat hakiki untuk hidup dan perutusan Gereja di dunia”. Kesatuan itu bukan hanya keakraban, persahabatan atau kebersamaan, tetapi benar-benar kesatuan sempurna. Cinta kasih di antara para murid menunjukkan sikap kemuridan mereka. Karena itu adanya perpecahan dan perselisihan di antara para murid Yesus merupakan batu sandungan un