PERISTILAHAN DAN EKARISTI DALAM TATA KESELAMATAN
1.Peristilahan.
Sakramen yang akan diterima untuk pertama kalinya oleh beberapa orang anak kita pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (03 Juni 2018) disebut “Sakramen Ekaristi” karena melalui Sakramen ini Gereja mengucap “syukur” (Yunani : “eukharistia”) atas keselamatan yang dianugerahkan Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (bdk Rom 7:24-25).
Beberapa nama lain dari Sakramen ini adalah :
a. Perjamuan Tuhan (bdk 1Kor 10:21; 11:20), karena ia merupakan peringatan sekaligus aktualisasi “perjamuan terakhir” yang diadakan Tuhan Yesus bersama keduabelas murid pada malam sebelum sengsara-Nya (bdk Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:14-20; 1Kor 11:23-25). Selain itu, karena ia merupakan antisipasi “perjamuan surgawi” yang dijanjikan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya (bdk Mat 22:1-14; Luk 14:15-24; Why 19:9.17)
b.Pemecahan roti, karena dalam perayaan ini diadakan ritus “pemecahan roti” yang akan dibagikan kepada umat beriman (bdk Kis 2:42.46)
c.Komuni kudus, karena dengan merayakan Sakramen ini, orang dimasukkan ke dalam “persekutuan” (Latin : “communio” pada kudus (bdk Yoh 6:56)
d.Kurban kudus, karena ia menghadirkan dan mewartakan “kurban” Yesus di kayu salib (bdk 1Kor 11:26)
e.Misa Kudus, karena perayaan Sakramen ini diakhiri dengan “pengutusan” (Latin : “missio”) umat beriman, supaya mereka menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari (bdk Yoh 20:21; Kis 1:8)
2. Ekaristi dalam Tata Keselamatan.
Sejak zaman Perjanjian Lama, Tuhan Allah diakui sebagai Pencipta segala sesuatu dan Pemberi rezeki bagi semua ciptaan (bdk Mzm 104:10-18). Sebagai tanda syukur kepada Tuhan Allah, bangsa Israel mempunyai kebiasaan untuk mempersembahkan hasil pertama dari usaha mereka (bdk Kel 23:16.19). Mereka tidak boleh lalai mempersembahkan sebagian dari hasil gandum dan hasil anggur mereka kepada Tuhan Allah, yang memberi rezeki kepada mereka (bdk Kej 14:18; Kel 22:29). Setelah pembebasan dari Mesir dan pendudukan tanah Kanaan, persembahan hasil pertama mulai menjadi kenangan atau peringatan akan kedua peristiwa monumental tersebut (Ul 26:1-11). Dengan demikian perayaan Paskah, yang dahulu merupakan perayaan musim semi, akhirnya mendapat arti baru, yaitu perayaan kemerdekaan, yang ditandai dengan pesta keluarga (bdk Kel 12:1-28.43-51; Bil 9:1-14; Ul 16:1-8). Dalam pesta keluarga ini, semua anggota keluarga boleh makan dan minum dengan gratis. Karena itu nabi Yesaya menyerukan, “ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!” (Yes 55:1)
Dalam zaman Perjanjian Baru, perayaan Paskah sudah menjadi tradisi tahunan. Sesuai dengan hukum Taurat (bdk Kel 23:15; 34:18; Im 23:5-6; Bil 28:16-17; Ul 16:16-17), pada hari raya Paskah orang-orang Yahudi biasa pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah di Bait Allah (bdk Lk 2:41). Sebagai warga Yahudi, Yesus dan para murid-Nya juga pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah di sana (bdk Yoh 2:13). Santo Lukas menegaskan, bahwa Yesus sendiri sangat rindu untuk makan Paskah bersama para murid-Nya (bdk Lk 22:15). Oleh karena itu, Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi mereka semua (bdk Lk 22:8). Dalam perjamuan Paskah ini, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada para murid-Nya sambil berkata : “Ambillah dan makanlah, inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (bdk Mt 26:26; Mrk 14:22; Lk 22:19; 1Kor 11:24). Sesudah itu Ia mengambil cawan berisi anggur, mengucap syukur, lallu memberikannya kepada mereka sambil berkata : “Ambillah dan minumlah, inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (bdk Mt 26:27-28; Mrk 14:23-24; Lk 22:20; 1Kor 11:25). Dengan demikian, perayaan Paskah tidak lagi merupakan peringatan akan pembebasan dari Mesir, melainkan telah menjadi peringatan akan kematian Yesus (bdk 1Kor 11:26). Di sinilah terletak perbedaan antara perayaan Paskah Yahudi dan perayaan Paskah Kristen. Nama dan bentuk perayaan tetap sama, tapi isi dan inti perayaan sudah berbeda. Perbedaan isi dan inti perayaan Paskah inilah yang akhirnya memisahkan umat Kristen dari umat Yahudi (bdk Yoh 6:48-66). Umat Kristen merayakan Ekaristi “pada hari pertama dalam minggu” (bdk Kis 20:7), yaitu pada hari Ahad atau hari Minggu; sedangkan umat Yahudi merayakan Paskah tetap “pada hari terakhir dalam minggu”, yaitu pada hari Sabat atau hari Sabtu, sesuai dengan hokum Taurat (bdk Kel 20:8-11; Ul 5:12-15)
Sakramen yang akan diterima untuk pertama kalinya oleh beberapa orang anak kita pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (03 Juni 2018) disebut “Sakramen Ekaristi” karena melalui Sakramen ini Gereja mengucap “syukur” (Yunani : “eukharistia”) atas keselamatan yang dianugerahkan Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (bdk Rom 7:24-25).
Beberapa nama lain dari Sakramen ini adalah :
a. Perjamuan Tuhan (bdk 1Kor 10:21; 11:20), karena ia merupakan peringatan sekaligus aktualisasi “perjamuan terakhir” yang diadakan Tuhan Yesus bersama keduabelas murid pada malam sebelum sengsara-Nya (bdk Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:14-20; 1Kor 11:23-25). Selain itu, karena ia merupakan antisipasi “perjamuan surgawi” yang dijanjikan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya (bdk Mat 22:1-14; Luk 14:15-24; Why 19:9.17)
b.Pemecahan roti, karena dalam perayaan ini diadakan ritus “pemecahan roti” yang akan dibagikan kepada umat beriman (bdk Kis 2:42.46)
c.Komuni kudus, karena dengan merayakan Sakramen ini, orang dimasukkan ke dalam “persekutuan” (Latin : “communio” pada kudus (bdk Yoh 6:56)
d.Kurban kudus, karena ia menghadirkan dan mewartakan “kurban” Yesus di kayu salib (bdk 1Kor 11:26)
e.Misa Kudus, karena perayaan Sakramen ini diakhiri dengan “pengutusan” (Latin : “missio”) umat beriman, supaya mereka menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari (bdk Yoh 20:21; Kis 1:8)
2. Ekaristi dalam Tata Keselamatan.
Sejak zaman Perjanjian Lama, Tuhan Allah diakui sebagai Pencipta segala sesuatu dan Pemberi rezeki bagi semua ciptaan (bdk Mzm 104:10-18). Sebagai tanda syukur kepada Tuhan Allah, bangsa Israel mempunyai kebiasaan untuk mempersembahkan hasil pertama dari usaha mereka (bdk Kel 23:16.19). Mereka tidak boleh lalai mempersembahkan sebagian dari hasil gandum dan hasil anggur mereka kepada Tuhan Allah, yang memberi rezeki kepada mereka (bdk Kej 14:18; Kel 22:29). Setelah pembebasan dari Mesir dan pendudukan tanah Kanaan, persembahan hasil pertama mulai menjadi kenangan atau peringatan akan kedua peristiwa monumental tersebut (Ul 26:1-11). Dengan demikian perayaan Paskah, yang dahulu merupakan perayaan musim semi, akhirnya mendapat arti baru, yaitu perayaan kemerdekaan, yang ditandai dengan pesta keluarga (bdk Kel 12:1-28.43-51; Bil 9:1-14; Ul 16:1-8). Dalam pesta keluarga ini, semua anggota keluarga boleh makan dan minum dengan gratis. Karena itu nabi Yesaya menyerukan, “ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!” (Yes 55:1)
Dalam zaman Perjanjian Baru, perayaan Paskah sudah menjadi tradisi tahunan. Sesuai dengan hukum Taurat (bdk Kel 23:15; 34:18; Im 23:5-6; Bil 28:16-17; Ul 16:16-17), pada hari raya Paskah orang-orang Yahudi biasa pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah di Bait Allah (bdk Lk 2:41). Sebagai warga Yahudi, Yesus dan para murid-Nya juga pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah di sana (bdk Yoh 2:13). Santo Lukas menegaskan, bahwa Yesus sendiri sangat rindu untuk makan Paskah bersama para murid-Nya (bdk Lk 22:15). Oleh karena itu, Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi mereka semua (bdk Lk 22:8). Dalam perjamuan Paskah ini, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada para murid-Nya sambil berkata : “Ambillah dan makanlah, inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (bdk Mt 26:26; Mrk 14:22; Lk 22:19; 1Kor 11:24). Sesudah itu Ia mengambil cawan berisi anggur, mengucap syukur, lallu memberikannya kepada mereka sambil berkata : “Ambillah dan minumlah, inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (bdk Mt 26:27-28; Mrk 14:23-24; Lk 22:20; 1Kor 11:25). Dengan demikian, perayaan Paskah tidak lagi merupakan peringatan akan pembebasan dari Mesir, melainkan telah menjadi peringatan akan kematian Yesus (bdk 1Kor 11:26). Di sinilah terletak perbedaan antara perayaan Paskah Yahudi dan perayaan Paskah Kristen. Nama dan bentuk perayaan tetap sama, tapi isi dan inti perayaan sudah berbeda. Perbedaan isi dan inti perayaan Paskah inilah yang akhirnya memisahkan umat Kristen dari umat Yahudi (bdk Yoh 6:48-66). Umat Kristen merayakan Ekaristi “pada hari pertama dalam minggu” (bdk Kis 20:7), yaitu pada hari Ahad atau hari Minggu; sedangkan umat Yahudi merayakan Paskah tetap “pada hari terakhir dalam minggu”, yaitu pada hari Sabat atau hari Sabtu, sesuai dengan hokum Taurat (bdk Kel 20:8-11; Ul 5:12-15)
Komentar
Posting Komentar