P. Simon Buis,SVD
Tanggal 29 September 1936 P.Simon Buis,SVD menetap di Bali. Ia melanjutkan pembangunan Gereja Tuka.Tanggal 14 Pebruari 1937 Gereja Tuka diberkati dengan nama pelindung Tritunggal Mahakudus.Saat itu, jumlah umat katolik di Bali telah mencapai 145 orang, 89 orang di antaranya adalah orang Bali asli. Tahun 1938 Fr. August de Boer juga tiba di Bali.
Tentang pemberkatan Gereja Tuka P.Simon Buis menulis sebuah laporan berjudul “Blessing of The First Church in Bali yang dimuat dalam Het Soerabaische Handels Blad 19 Pebruari 1937. P.Simon Buis menulis; 14 Pebruari 1937 peserta Konggres Ekaristi di Manila asal Belanda dan Amerika Utara mampir di Bali dan mengunjungi desa Tuka. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk memberkati Gereja Tuka oleh Mgr. Abraham, Uskup Michigan City Amerika Serikat
Tanggal 15 September 1940 P. Simon Buis mendapat ijin dari Raja Bali untuk boleh menempati kawasan Palasari. P. Simon Buis SVD memimpin umat melanjutkan pencarian tempat tinggal baru ke Palasari. Namun ada tiga kepala keluarga yang tetap menetap di Gumbrih dan mereka menjadi cikal bakal Gereja Katolik Gumbrih.Lokasi Palasari tahun 1940 merupakan kawasan hutan Pakung Sente seluas 400 hektar.
Sebelum menetap di Bali P.Simon Buis,SVD mengunjungi Indonesia pada tahun 1919 dan tinggal beberapa waktu di tempat Pater Van Lith di Muntilan. Simon Buis tidak sependapat dengan Pater Van Lith yang mengatakan bahwa yang perlu dalam usaha misi di Indonesia adalah pendidikan. Menurut Simon Buis, selain pendidikan, juga perlu karya social, karya medis dan karya lainnya.(Arsip Ndona,hal.24).
Simon Buis kembali mengunjungi Bali pada tanggal 11 Maret 1932 dan tanggal 21 Juni 1932 dimana ia berusaha mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk menempatkan misionaris di pulau Bali dan Lombok seperti yang diberikan kepada misi CMA.
Tentang pemberkatan Gereja Tuka P.Simon Buis menulis sebuah laporan berjudul “Blessing of The First Church in Bali yang dimuat dalam Het Soerabaische Handels Blad 19 Pebruari 1937. P.Simon Buis menulis; 14 Pebruari 1937 peserta Konggres Ekaristi di Manila asal Belanda dan Amerika Utara mampir di Bali dan mengunjungi desa Tuka. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk memberkati Gereja Tuka oleh Mgr. Abraham, Uskup Michigan City Amerika Serikat
Tanggal 15 September 1940 P. Simon Buis mendapat ijin dari Raja Bali untuk boleh menempati kawasan Palasari. P. Simon Buis SVD memimpin umat melanjutkan pencarian tempat tinggal baru ke Palasari. Namun ada tiga kepala keluarga yang tetap menetap di Gumbrih dan mereka menjadi cikal bakal Gereja Katolik Gumbrih.Lokasi Palasari tahun 1940 merupakan kawasan hutan Pakung Sente seluas 400 hektar.
Sebelum menetap di Bali P.Simon Buis,SVD mengunjungi Indonesia pada tahun 1919 dan tinggal beberapa waktu di tempat Pater Van Lith di Muntilan. Simon Buis tidak sependapat dengan Pater Van Lith yang mengatakan bahwa yang perlu dalam usaha misi di Indonesia adalah pendidikan. Menurut Simon Buis, selain pendidikan, juga perlu karya social, karya medis dan karya lainnya.(Arsip Ndona,hal.24).
Simon Buis kembali mengunjungi Bali pada tanggal 11 Maret 1932 dan tanggal 21 Juni 1932 dimana ia berusaha mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk menempatkan misionaris di pulau Bali dan Lombok seperti yang diberikan kepada misi CMA.
Komentar
Posting Komentar