Kepemimpinan Pastoral : Antara Domba dan Gembala

RD. Herman Yoseph Babey
Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseph Babey didaulat oleh DPP Santo Yoseph sebagai nara sumber untuk memberikan input pada Rapat Kerja DPP Pleno Santo Yoseph pada Jumat 26 Januari 2018 lalu. Romo Babey memaparkan tentang pentingnya kepemimpinan pastoral sehingga tema pastoral Keuskupan Denpasar tahun 2018 adalah “Kepemimpinan Pastoral”.
       Mengapa kepemimpinan pastoral penting untuk diperhatikan? Romo Babey sebutkan, kepemimpinan pastoral perlu sebab, bayangkan saja kalau tidak ada pemimpin maka orang akan jalan sendiri-sendiri. Dan bisa  dipastikan apa yang akan terjadi. Kepemimpinan mutlak mulai dari keluarga ada kepala rumah tangga, KBG ada ketua KBG, Lingkungan/Stasi ada Ketua Lingkungan/Stasi, Paroki ada Pastor Paroki, Keuskupan ada Uskup dan Pemimpin Gereja sedunia. Itulah kepemimpinan pastoral.
        Di Paroki, kata Romo Babey, pemimpin adalah Pastor Paroki yang ditunjuk oleh Uskup. Di Keuskupan pemimpin adalah Uskup yang ditunjuk Paus. Uskup memberikan kepercayaan  kepada seorang imam untuk menjalankan tugasnya  di  Paroki. Maka pastor paroki adalah pembantu Uskup.”Jadi kalau ada gerakan melawan Pastor Paroki  berarti melawan Uskup. Kalau ada gerakan melawan uskup berarti melawan Paus dan kalau bada gerakan melawan Paus berarti melawan Yesus karena Paus sebagai pengganti Yesus”, ujar Pastor Paroki Roh Kudus Katedral ini.
            Pemimpin adalah gembala yang menggembalakan domba-domba. Mengapa domba-domba  harus  digembalakan oleh gembala?  Sebab  domba  adalah binatang yang paling lemah dari semua jenis binatang. Domba tidak bisa cari makan sendiri. Maka gembala harus mencari makan untuknya. Domba adalah binatang paling lemah maka para gembala harus melindunginya dari serangan  pemangsa. Domba tidak bisa lari kalau diserang oleh musuh dan hanya berserah diri saja.
            Romo Babey katakana lagi, domba itu mudah tersesat. Banyak yang katakana, kalau domba tersesat tak usah dicari. Tapi ingat, ada satu dari seratus ekor domba yang tersesat, Yesus katakana tinggalkan yang 99  ekor dan cari  satu yang tersesat itu. Domba harus  dijaga siang dan malam agar mereka nyaman dari serangan binatang liar yang bisa saja memangsanya. Kawanan domba itu tidak bisa dihalau untuk berlari cepat. Domba itu binatang yang lamban berjalan. Domba itu binatang yang lemah tidak bisa mengatasi masalah dirinya sendiri, tidak punya daya. Maka  domba membutuhkan kepala, pemimpin, gembala.
         Maka sangat mengherankan kalau ada orang katolik  tidak membutuhkan gembala atau pemimpin. Domba tanpa gembala pasti terlantar, sama dengan  orang katolik tanpa pemimpin pastoral pun akan terlantar, seperti  tak bertuan.Maka menurut Romo Babey, sepanjang tahun 2018 ini harus diisi dengan kaderisasi  kepemimpinan pastoral. Gereja Keuskupan Denpasar memerlukan Gembala (Pemimpin)  yang memimpin, memberi makan, memelihara  dan mengarahkan domba-domba (umat).  Para gembala itu harus didukung penuh oleh fungsionaris DPP, DKP, Lingkungan/Stasi. KBG dan Kelompok Kategorial.


          Di akhir pemaparannya Romo Babey katakana, Paroki Santo Yoseph adalah salah satu paroki di kota, bukan di desa. Maka seharusnya karya pastoral mengalir dari Paroki St. Yoseph ke seluruh penjuru pulau Bali dan NTB.”Seharusnya paroki lain berbondong-bondong ke Paroki Santo Yoseph untuk belajar banyak hal yang unggul dan bermanfaat bagi mereka” papar Romo Babey.***gusthuru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romo Agustinus Lie,CDD *)

Menjadi Gembala “Berbau” Domba

Paroki Maria Bunda segala Bangsa Nusa Dua