Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

AKUKAH PENGKHIANAT ITU? Karya: Agust G Thuru

Hari ini wajah kotaku dalam balutan pesta Daun-daun palma menyibak angin Dan ranting-ranting zaitun melambai-lambai Laki-laki dan perempuan turun  ke jalan Menyambut Sang Raja  yang datang Membentang kain di jalan berdebu Dan Sang Raja menunggang keledai Lewat  dalam sorak sorai: Hosana! Dan aku ada di kerumunan itu Turut berteriak: Hosana Putra Daud! Mungkin Engkau melirik ke arahku Tapi aku tak memperhatikan-Mu Yang kulakukan adalah ikut keramaian Bersama orang-yang menyambut-Mu Mengikuti hentak langkah keledai-Mu Engkau tampak agung di punggungnya Aku tak perduli  pada-Mu Engkau Sang Raja atau bukan Karena  aku ada di kerumunan Dalam aroma  pesta kemewahan Kamis malam  setelah Perjamuan Aku melihat-Mu di taman Getsemani Tetes keringat darah luruh Dari  tubuh kemanusiaan-Mu Tapi aku tak berniat berjaga  dengan-Mu Sampai Engkau membangunkan murid-Mu Dan serdadu-serdadu menangkap-Mu Lalu aku berbisik: Mampus Engkau Yesus! Pada Jumad  saat Engkau penuh der

80 Tahun P.Servatius Subhaga,SVD

Gambar
Selamat Ulang Tahun Pater! JUMAT 23 Maret 2018  kemarin  Pater Drs. Servatius Subhaga,SVD  berulang tahun ke-80. Berkat Tuhan  yang boleh diterima Pater Servas  yakni usia 80 tahun. Maka pantaslah bila kita umat Paroki Santo Yoseph Denpasar dan semua orang yang mengenalnya menyampaikan ucapan: Selamat Ulang Tahun Pater!         Lahir di  Tuka  23 Maret 1938  dari pasutri Hindhu Dharma  ibu Ni Made Rente dan bapak I Wayan Gulis, Pater Servas seolah dikehendaki Tuhan menjadi “anak sulung” di ladang panggilan imamat. Kisah kelahiran Pater Servas pun membuat kita terhentak sebab ternyata Pater Servas  harus “dibuang”  agar tetap hidup. Dan justru Tuhan memungutnya dan menjadikannya  anak sulung di ladang anggur Keuskupan  Denpasar (Bali-NTB).               Kisah yang benar-benar terjadi,  pasutri ibu Ni Made Rente dan bapak I Wayan Gulis dikaruniakan anak pertama namun meninggal dunia. Anak kedua juga meninggal dunia. Pasutri ibu Ni  Made Rente dan bapak I Wayan Gulis pun bingun

PERJAMUAN PASKAH

Gambar
Dalam Kitab Keluaran dikisahkan bahwa Tuhan menyampaikan kepada Musa dan Harun beberapa ketetapan mengenai perayaan perjamuan Paskah (bdk Kel 12:1-28.43-51). Pertama, perjamuan Paskah harus dirayakan pada tanggal empat belas dalam bulan pertama setiap tahun (bdk Kel 12:2-3.6). Bulan pertama dalam penanggalan bangsa Israel kuno adalah bulan Abib, yaitu bulan ketika bangsa Israel keluar dari Mesir (bdk Kel 13:4; Ul 16:1). Sesudah pembuangan Babel, bulan Abib kemudian lazim disebut bulan Nisan (bdk Neh 2:1; Est 3:7; T.Est 1:1). Bulan Abib atau bulan Nisan ini sama dengan bulan Ksantikus dalam penanggalan Yunani (bdk 2Mak 11:30.33.38), atau bulan Maret-April dalam penanggalan Romawi. Bulan ini dijadikan bulan pertama dalam tahun, karena bulan ini mengawali musim semi, yaitu musim tumbuh-tumbuhan mulai bertunas kembali, setelah mengalami “kematian” selama musim dingin. Kedua, setiap keluarga harus menyembelih seekor domba atau kambing jantan yang tidak bercela dan berumur setahun, lalu mema

SETIA KEPADA SANG RAJA

Injil Perarakan (Mrk 11:1-10) menuturkan antusiasme masyarakat Yahudi menyambut Yesus memasuki kota Yerusalem : Yesus disambut dan dielu-elukan sebagai Raja keturunan Daud. Pada punggung keledai yang akan dinaiki Yesus dihamparkan kain. Banyak orang yang menghamparkan pakaian mereka di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari lading. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mau mengikuti dari belakang berseru, “Hosanna! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan Bapa kita Daud. Hosanna di tempat yang mahatinggi!” Semua sanjung puji ini mengungkapkan pengakuan terhadap Yesus sebagai anak Daud. Bacaan Pertama Ekaristi (Yes 50:4-7) memaparkan sikap hamba Yahwe dalam menghadapi sengsara dan aniaya, “Aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mu

Di Jalan Penyepian-Mu Karya: Agust G Thuru

Di jalan penyepian-Mu aku mengayun rasa haru biru Bertanya pada  kedalaman hati Mengapa Engkau  hanya menyepi di Taman Getsemani Ketika Engkau tahu serdadu-serdadu yang bengis Akan datang merajam-Mu? Di jalan penyepian-Mu aku menyusuri  jalan imanku Bertanya  dalam ketakmengertianku Mengapa  menjelang penderitaan-Mu Engkau hanya menyepi di Getsemani Dan tak hendak  menyembunyikan diri-Mu? Di jalan  penyepian-Mu ke Getsemani Engkau berdoa dalam kepasrahan Membiarkan keringat darah menetes dari tubuh-Mu Dan berseru: Biarkan piala ini berlalu Tapi bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu yang terjadi Jalan penyepian-Mu  ke Getsemani Adalah jalan  menuju penderitaan Karena dari Getsemani  Engkau memanggul salib Berjalan  dalam kemanusiaan-Mu  menuju Kalvari Dari Getsemani jalan penyepian-Mu berubah Menjadi jalan korban yang kudus Engkau korbankan  tubuh dan darah-Mu Untuk silih  berjuta  dosa hamba- hamba-Mu Dari Getsemani Engkau  biarkan  raga-Mu Dirajam 

Merayakan Kebangsaan Dalam Liturgi

Akhir-akhir ini, pemerintah dan masyarakat Indonesia merasa cemas terhadap persatuan bangsa. Kita cemas, karena perilaku intoleran semakin marak. Apalagi perilaku tersebut tidak lagi dilihat sebagai pelanggaran atas hukum yang berlaku, tapi dilihat sebagai cara yang baik untuk mencapai maksud yang diinginkan. Menghadapi kenyataan itu, pemerintah melalui Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila ingin membangkitkan lagi kesadaran akan semangat para pendiri bangsa, agar kita semakin mencintai persatuan, memelihara keutuhan bangsa, dan makin berperikemanusiaan dalam bersikap. Gereja Katolik di Indonesia sebagai bagian dari bangsa ini tentu tak melepaskan diri dari usaha pemerintah itu. Gereja menggerakkan rasa kebangsaan pada umat beriman dalam berbagai bidang pelayanan, termasuk liturgi. Rasa kebangsaan atau mencintai tanah air pada umat beriman Katolik diungkapkan dalam perayaan liturgi. Gereja Katolik di Indonesia menetapkan 17 Agustus sebagai Hari Raya Liturgi karena perist

Misa dan Itensi Arwah Pada Jumat Suci

Gambar
Bolehkah merayakan misa arwah pada Jumat Suci? Apakah boleh minta intensi untuk arwah pada hari Jumat Suci? Pada hari Jumat Suci, konsentrasi Gereja diarahkan pada Sang Kristus yang sedang menjalani detik-detik sengsara dan wafat-Nya. Rasa cinta dan hormat kita selayaknya mendorong kita untuk bersikap solider dengan Sang Penyelamat yang sudah menyerahkan diri-Nya untuk keselamatan kita semua. Pada hari Jumat Suci belum dirayakan kebangkitan Kristus. Karena itu, Jumat Suci menjadi satu-satunya hari dalam seluruh tahun liturgi Gereja ketika tidak boleh dirayakan misa. Ini berlaku untuk seluruh dunia. Pada hari ini Gereja mengungkapkan kedekatan kasihnya dengan Kristus yang tersalib lewat ritus penyembahan salib dan kerelaan untuk ikut menderita. Perayaan misa apapun pada hari ini, apalagi misa arwah di lingkungan, tidak diperbolehkan. Perhatian umat diarahkan untuk ikut menghayati bersama Kristus penderitaan-Nya yang begitu hebat untuk menebus dosa-dosa kita, yaitu pada ibadat Jalan S

Manna Dari Langit

Gambar
DALAM Kitab Keluaran, dikisahkan bahwa bangsa Israel bersungut-sungut karena kekurangan makanan di padang gurun yang tandus, Allah menurunkan “manna” dari langit selama 40 tahun lamanya (bdk Kel 16:35). Menurut Kitab Keluaran, manna adalah “sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku” (bdk Kel 16:14) dan “warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu” (bdk Kel 16:31). Dan Kitab Bilangan menambahkan bahwa manna itu “seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah” (bdk Bil 11:7). Manna ini digiling dengan batu kilangan atau ditumbuk dalam lumping, lalu dimasak dalam periuk untuk dibuat menjadi roti bundar (bdk Bil 11:8). Selain terasa “seperti rasa kue madu” (bdk Bil 11:31), manna juga terasa “seperti rasa panganan yang digoreng” (bdk Bil 11:8). Menurut Kitab Ulangan, Allah sengaja membiarkan bangsa Israel lapar dan memberi mereka makan manna, yang tidak mereka kenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyang mereka, untuk me

Mati Untuk Hidup

Bacaan Pertama (Yer 31:31-34) menubuatkan perjanjian baru yang ditulis bukan pada loh-loh batu tetapi dalam hati orang-orang yang percaya; yang berlaku bukan hanya bagi orang-orang Israel tetapi meluas melampaui batas-batas Israel, bahkan menjangkau semua orang. Inti perjanjian ini : “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku…. Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka”. Mazmur Tanggapan (Mzm 51:3.4.12-15) mengajak umat menyadari dosa dan pelanggaran dan mohon pengampunan. Aku hamba durhaka………….mohon belas kasih-Mu……….bersihkan jiwaku……...leburlah segala dosaku. Dalam Bacaan Kedua (Ibr 5:7-9), Yesus ditampilkan sebagai imam agung dan pengantara. Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan….dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan……..dan Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-N

Nyepi dan Pra Paskah

Gambar
KITA  baru saja menjalankan NYEPI  sejak Sabtu pagi 17 Maret 2018  sampai dini hari Minggu 18 Maret 2018. Pada saat Nyepi ini api tidak dinyalakan, internet pun tidak dihidupkan. Maka pertanyaan kita  yang  tidak beriman HINDU, apa yang bisa kita petik dari Nyepi tahun saka 1940 ini?         Kita  seharusnya bersyukur bahwa Nyepi tahun 2018 ini bertepatan dengan masa Pra Paskah  dimana biasanya juga disebut Retret Agung. Tentu selama masa Pra Paskah ini kita mendapatkan waktu berharga untuk merefleksikan kembali  sejauh mana kedalaman iman kita kepada Yesus Sang Raja  Agung itu?         Selama Sabtu dari pagi sampai Minggu dini hari, sesungguhnya kita mendapatkan waktu berharga untuk merefleksikan hidup kita baik sebagai warga negara maupun sebagai warga gereja. Apakah kita memanfaatkan berkah hari Nyepi ini? Anda yang bisa  menjawabnya.***

Puasa Medsos

Gambar
SAAT INI kita sudah memasuki masa Prapaskah. Pada masa ini, kita diingatkan untuk menjalani puasa dan pantang. Gereja biasanya akan mengumumkan peraturan puasa dan pantang. Sejumlah pantang itu adalah pantang daging, pantang garam, pantang jajan, dan yang lain.         Pertanyaannya, apakah mungkin jika kita mengusulkan suatu item baru untuk pantang? Saya pribadi, dalam beberapa tahun terakhir memilih jenis pantang lain, yang agak berbeda, yaitu pantang mendengarkan musik. Anda mungkin tertawa. Tak apa. Tapi buat saya, sehari tidak mendengarkan musik, baik lewat radio, perangkat pemutar musik lainnya, itu adalah siksaan berat sekali. Enam kali setiap hari Jumat, dilewati dengan tidak mendengarkan musik adalah suatu cobaan yang lumayan berat.            Tapi saat ini, saya justru ingin mengusulkan suatu pantang, atau bahkan aksi puasa lain yang mungkin justru sangat berguna dan kontekstual untuk masa sekarang di Indonesia. Saya mengusulkan, kita berpuasa atau berpantang media s

Penyimpanan dan Penghormatan Ekaristi

SEBAGAI  tubuh Kristus yang mahakudus, Ekaristi harus disimpan di tempat yang layak dan aman, serta perlu dihormati secara pantas dan meriah. Mengenai penyimpanan Ekaristi mahakudus, Hukum Gereja menegaskan hal-hal berikut: 1. Ekaristi mahakudus harus disimpan dalam gereja katedral atau gereja yang disamakan dengannya, dalam setiap gereja paroki, serta dalam gereja atau tempat ibadat yang tergabung pada rumah tarekat religious atau serikat hidup kerasulan; dapat disimpan dalam kapel Uskup, dan dengan izin Ordinaris wilayah, dalam gereja-gereja, tempat ibadat serta kapel-kapel lainnya (Kan 934 Ps 1) 2. Dalam tempat-tempat suci di mana Ekaristi mahakudus disimpan, haruslah selalu ada yang menjaganya, dan sedapat mungkin seorang imam sekurang-kurangnya dua kali sebulan merayakan Misa di situ (Kan 934 Ps 2) 3. Tidak diperbolehkan seseorang menyimpan Ekaristi suci di rumahnya atau membawanya dalam perjalanan, kecuali jika ada keharusan pastoral yang mendesak serta dengan mengin

Rumah Bapa

Bacaan Pertama minggu ini (Kel 20:1-17) menghidangkan Sepuluh Perintah Allah. Tampaknya Musa mengambil pola tingkah laku yang sudah ada dan memberinya tafsiran baru yang didasarkan pada wahyu Allah kepada umat-Nya. Pewahyuan di Sinai ini sangat penting karena menandai awal perjanjian Allah dengan umat-Nya, dan perjanjian dengan Allah ini menjadi dasar tanggung jawab moral umat. Yang disajikan dalam kutipan ini bukan kode etik yang diambil dari masyarakat umum, tetapi wahyu dari Allah tentang kaidah moral yang memiliki keabsahan abadi bagi orang kristiani kalau dikaitkan dengan moralitas Perjanjian Baru, khususnya dengan Kotbah di Bukit (Mat 5) Mazmur Tanggapan (Mzm 19:8.9.10.11) melanjutkan tema Bacaan Pertama dengan memuji Allah yang telah mewahyukan diri lewat ciptaan dan lewat hukum-Nya. Dalam Bacaan Kedua (!Kor 1:22-25) Paulus menantang orang-orang Yahudi yang menuntut tanda, dan orang-orang Yunani yang mencari hikmat dengan menyatakan secara gamblang bahwa bagi orang kristi