SETIA KEPADA SANG RAJA
Injil Perarakan (Mrk 11:1-10) menuturkan antusiasme masyarakat Yahudi menyambut Yesus memasuki kota Yerusalem : Yesus disambut dan dielu-elukan sebagai Raja keturunan Daud. Pada punggung keledai yang akan dinaiki Yesus dihamparkan kain. Banyak orang yang menghamparkan pakaian mereka di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari lading. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mau mengikuti dari belakang berseru, “Hosanna! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan Bapa kita Daud. Hosanna di tempat yang mahatinggi!” Semua sanjung puji ini mengungkapkan pengakuan terhadap Yesus sebagai anak Daud.
Bacaan Pertama Ekaristi (Yes 50:4-7) memaparkan sikap hamba Yahwe dalam menghadapi sengsara dan aniaya, “Aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi”. Sang Hamba taat dan takluk sepenuhnya kepada kehendak Allah. Tetapi, justru dalam kepasrahannya itu ia selamat : aku tidak mendapat noda….aku tidak mendapat malu. Hamba Yahwe ini menjadi gambaran dari Yesus yang rela menderita.
Mazmur Tanggapan (Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24) mengantar jemaat untuk merasakan penderitaan Hamba Yahwe : Allahku, ya Allahku, mengapa Kautinggalkan daku? Rintihan ini dilanjutkan dengan keluh kesah yang mengungkapkan penderitaan Hamba Yahwe : Semua yang melihat aku mengolok-olok; mereka mencibirkan bibir dan menggelengkan kepala!..... Sekawanan anjing mengerumuni aku; gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan kakiku.
Bacaan Kedua (Flp 2:6-11) menggambarkan kerelaan Yesus untuk merendahkan diri : Ia mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia…. Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Dan justru karena kerelaan untuk merendahkan diri ini, Yesus dianugerahi nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit, yang ada di atas dan di bawah bumi, dan semua lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan”.
Injil (Mrk 14:1-15:47) menuturkan Kisah Sengsara Tuhan kita, Yesus Kristus***
(dari “Panduan Liturgi Hari Minggu dan Hari Raya Tahun B”, hal. 104)
Bacaan Pertama Ekaristi (Yes 50:4-7) memaparkan sikap hamba Yahwe dalam menghadapi sengsara dan aniaya, “Aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi”. Sang Hamba taat dan takluk sepenuhnya kepada kehendak Allah. Tetapi, justru dalam kepasrahannya itu ia selamat : aku tidak mendapat noda….aku tidak mendapat malu. Hamba Yahwe ini menjadi gambaran dari Yesus yang rela menderita.
Mazmur Tanggapan (Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24) mengantar jemaat untuk merasakan penderitaan Hamba Yahwe : Allahku, ya Allahku, mengapa Kautinggalkan daku? Rintihan ini dilanjutkan dengan keluh kesah yang mengungkapkan penderitaan Hamba Yahwe : Semua yang melihat aku mengolok-olok; mereka mencibirkan bibir dan menggelengkan kepala!..... Sekawanan anjing mengerumuni aku; gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan kakiku.
Bacaan Kedua (Flp 2:6-11) menggambarkan kerelaan Yesus untuk merendahkan diri : Ia mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia…. Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Dan justru karena kerelaan untuk merendahkan diri ini, Yesus dianugerahi nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit, yang ada di atas dan di bawah bumi, dan semua lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan”.
Injil (Mrk 14:1-15:47) menuturkan Kisah Sengsara Tuhan kita, Yesus Kristus***
(dari “Panduan Liturgi Hari Minggu dan Hari Raya Tahun B”, hal. 104)
Komentar
Posting Komentar