PERJAMUAN PASKAH

Dalam Kitab Keluaran dikisahkan bahwa Tuhan menyampaikan kepada Musa dan Harun beberapa ketetapan mengenai perayaan perjamuan Paskah (bdk Kel 12:1-28.43-51). Pertama, perjamuan Paskah harus dirayakan pada tanggal empat belas dalam bulan pertama setiap tahun (bdk Kel 12:2-3.6). Bulan pertama dalam penanggalan bangsa Israel kuno adalah bulan Abib, yaitu bulan ketika bangsa Israel keluar dari Mesir (bdk Kel 13:4; Ul 16:1). Sesudah pembuangan Babel, bulan Abib kemudian lazim disebut bulan Nisan (bdk Neh 2:1; Est 3:7; T.Est 1:1). Bulan Abib atau bulan Nisan ini sama dengan bulan Ksantikus dalam penanggalan Yunani (bdk 2Mak 11:30.33.38), atau bulan Maret-April dalam penanggalan Romawi. Bulan ini dijadikan bulan pertama dalam tahun, karena bulan ini mengawali musim semi, yaitu musim tumbuh-tumbuhan mulai bertunas kembali, setelah mengalami “kematian” selama musim dingin. Kedua, setiap keluarga harus menyembelih seekor domba atau kambing jantan yang tidak bercela dan berumur setahun, lalu memanggangnya secara utuh di api lengkap dengan kepalanya, betisnya dan isi perutnya (bdk Kel 12:6.8-9). Daging panggang itu harus dimakan habis oleh seluruh anggota keluarga pada malam itu juga, bersama dengan roti yang tidak beragi dan sayur pahit (bdk Kel 12:8.10). Mereka harus memakan roti tidak beragi dan sayur pahit untuk memperingati peristiwa keluaran dari Mesir yang serba terburu-buru (bdk Kel 12:11), sehingga tidak sempat lagi membuat adonan yang beragi (bdk Kel 12:39). Ketiga, yang boleh merayakan perjamuan Paskah adalah segenap jemaah Israel (bdk Kel 12:47), yaitu semua keturunan Abraham dan orang-orang lain yang sudah bersunat dan telah diterima secara resmi sebagai anggota jemaat Israel (bdk Kej 17:10; 34:15). Keempat, orang asing, budak belian, orang pendatang dan orang upahan yang belum bersunat tidak boleh ikut merayakan perjamuan Paskah (bdk Kel 12:43-45.48b). Mereka baru boleh ikut merayakan perjamuan Paskah setelah mereka disunat dan diterima secara resmi seagai anggota jemaat Israel (bdk Kel 12:44.48a). Kelima, jamuan Paskah harus dimakan habis dalam satu rumah dan sama sekali tidak boleh dibawa sedikit pun keluar rumah (bdk Kel 12:46). Apa yang tinggal sampai pagi harus dibakar habis dengan api (bdk Kel 12:10).
      Menurut Kitab Keluaran dan Kitab Ulangan, perjamuan Paskah harus dirayakan turun-temurun oleh bangsa Israel sebagai peringatan akan pembebasan dari perbudakan di Mesir (bdk Kel 12:26-27; Ul 16:1). Maka dalam setiap perayaan perjamuan Paskah, kepala keluarga harus mengisahkan kembali peristiwa pembebasan itu dengan berkata : “Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi Tuhan membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat. Tuhan membuat tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat, yang besar dan yang mecelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata kita; tetapi dibawa-Nya keluar dari sana, supaya kita dapat dibawa-Nya masuk untuk memberikan kepada kita negri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang kita!” (bdk Ul 6:21-23).
      Sebagai orang-orang Yahudi, Yesus dan murid-murid-Nya juga merayakan perjamuan Paskah (bdk Mat 26:17-19; Mrk 14:12-16; Luk 22:7-13). Tetapi dalam perayaan perjamuan Paskah terakhir Yesus bersama dengan para murid-Nya, Yesus menubuatkan pengorbanan diri-Nya sebagai pengganti domba atau kambing jantan yang biasa dikorbankan dalam setiap perayaan perjamuan Paskah (bdk Mat 26:26-28; Mrk 14:22-24; Luk 22:19-20). Itulah sebabnya bagi orang-orang Kristen, perayaan perjamuan Paskah kemudian bukan lagi sebagai peringatan akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, melainkan sebagai peringatan akan pengorbanan Yesus untuk pengampunan dosa umat manusia (bdk Luk 22:19; 1Kor 11:24-26)


…………….”Roti dari Surga” dalam Warta paroki minggu depan……

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romo Agustinus Lie,CDD *)

Menjadi Gembala “Berbau” Domba

Paroki Maria Bunda segala Bangsa Nusa Dua