80 Tahun P.Servatius Subhaga,SVD
Selamat Ulang Tahun Pater!
JUMAT 23 Maret 2018 kemarin Pater Drs. Servatius Subhaga,SVD berulang tahun ke-80. Berkat Tuhan yang boleh diterima Pater Servas yakni usia 80 tahun. Maka pantaslah bila kita umat Paroki Santo Yoseph Denpasar dan semua orang yang mengenalnya menyampaikan ucapan: Selamat Ulang Tahun Pater!
Lahir di Tuka 23 Maret 1938 dari pasutri Hindhu Dharma ibu Ni Made Rente dan bapak I Wayan Gulis, Pater Servas seolah dikehendaki Tuhan menjadi “anak sulung” di ladang panggilan imamat. Kisah kelahiran Pater Servas pun membuat kita terhentak sebab ternyata Pater Servas harus “dibuang” agar tetap hidup. Dan justru Tuhan memungutnya dan menjadikannya anak sulung di ladang anggur Keuskupan Denpasar (Bali-NTB).
Kisah yang benar-benar terjadi, pasutri ibu Ni Made Rente dan bapak I Wayan Gulis dikaruniakan anak pertama namun meninggal dunia. Anak kedua juga meninggal dunia. Pasutri ibu Ni Made Rente dan bapak I Wayan Gulis pun bingung menghadapi “misteri kasih karunia Tuhan” ini.
Ketika ada tanda-tanda akan lahir anak ketiga, pasutri ibu Ni Made Rente dan bapak I Wayan Gulis bertanya kepada orang pintar, bagaimana nasib anak ketiga yang akan segera lahir. Jawaban “kenabian” pun didapatkan yakni anakmu yang ketiga juga akan mati setelah lahir kalau tidak diruat dengan upacara besar atau dipuput oleh seorang pedanda. Upacara semacam itu memerlukan dana yang besar.
Pasutri Ni Made Rente dan I Nyoman Gulis menyampaikan kekhawatiran mereka pada tetanggal yang sudah katolik yakni Pan Paulus atau D Made Tangkeng. Pan Paulus menyarankan agar secara adat membuang anak yang dilahirkan di perempatan jalan agar Tuhan memungut sebagai anak-Nya.
Ketia tanggal 23 Maret 1938 anak ketiga itu lahir, orang tuanya mengikuti saran Pan Paulus. Anak itu dibuang secara adat di pertigaan dusun Batulumbung lalu dipungut oleh Pan Paulus. Kemudian Pan Paulus meminta Pater Simon Bois,SVD membaptisnya dengan nama Servasius.
Anak ketiga itu menyandang nama Servasius I Nyoman Rongsong, tumbuh sehat. Ia masuk Sekolah Dasar (Sekolah Rakyat) di Untal-Untal Gaji dan saat kelas IV pindah ke Sekolah Rakyat Tuka. Kenangan di masa Sekolah Rakyat dulu bagi Pater Servas adalah bahwa ia aktif di putra altar dan sering diajak pater Jan Kersten,SVD dan Pater C.Van Iersel,SVD mengunjungi orang kusta di Munggu, Padang Galak, Antosari, Kalianget Singaraja. Pater Servas mengaku sangat terpesona dengan karya para misionaris SVD kala itu.
Menjelang tamat sekolah rakyat pater Servas memberanikan diri bertanya kepada para misionaris SBD itu, apakah dirinya boleh menjadi pastor? Jawabannya adalah “Boleh”. Pater Servas lalu minta ijin kepada ibunya, yang kemudian terdiam. Setelah satu hari baru ibu bertanya; Nak apakah kamu sudah pikir, tidak ada orang Bali jadi Pastor, berani tanggung segala akibatnya? Kalau kamu berani silahkan, ibu tidak berkeberatan.
Pater C Van Iersel,SVD kemudian mencarikan donatur dari Propaganda Fide lalu Mgr. Hubertus Hermens,SVD, Prefektur Apostolik Denpasar mengirim Servas ke Mataloko, Ngada Flores.Itu terjadi pada tahun 1952. Sepuluh bulan belajar di Seminari St. Yohanes Berhmans Todabelu, Servas kemudian ditarik ke Bali karena Pater Nobert Shadeg,SVD mendirikan Seminari Roh Kudus Tuka. Servas belajar di seminari Roh Kudus itu tahun 1953-1955.
Tahun 1955 sampai 1962 Pater Servas melanjutkan pendidikan ke Seminari Menengah Mertoyudan Magelang Jawa Tengah. Lalu tahun 1961 sampai 1963 menjalani tahun novisiat di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero Maumere dan mengucapkan kaul pertama pada 15 Agustus 1963. Ia belajar filsafat dan teologi di STFK Santo Paulus Ledalero dari 1963 sampai 1968 dan mengucapkan kaul kekal pada 15 Agustus 1968.
Tanggal 9 Juli 1969 Pater Servas ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Denpasar waktu itu Mgr. Dr. Paulus Sani Kleden,SVD. Ia memilih motto: “Seorang imam dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa”. Sesudah ditahbiskan menjadi imam Pater Servas dianjurkan oleh sesepuh bapak Johanes Maria Cokorda Oka Sudharsana agar mengganti nama menjadi Servatius I NYoman Subhaga, SVD yang selanjutnya kini kita kenal sebagai Pater Servatius Subhaga,SVD.
Berkarya di Regio Bali - Lombok
Pater Servatius Subhaga,SVD mulai karya pastoral di Paroki Hati Kudus Yesus Palasari tahun 1970-1973. Kemudian melanjutkan pendidikan dalam bidang katekse di kota Gudeg Jogyakarta dari 1973 sampai 1976 sambil membantu di Paroki Kidul Loji Panembahan Senopati belajar cara romo-romo Serikat Yesus melayani pastoral paroki.
Tahun 1976 Pater Servas kembali ke Denpasar dan berkarya di Paroki Santo Yoseph Denpasar sampai sekarang ini. Pater Servas mengakui, untuk mewujudkan amanat Yesus maka pastoral yang ia tempuh adalah mewujudkan tujuan pastoral Koinonia: Membentuk satu kawanan domba, satu gembala, keluarga Allah, Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik, apostolik. Tujuan pastoral diakonia (pelayanan): dalam kerygma, katekese, liturgi, paemenik (peneguhan iman umat). Lebih-lebih umat diajak mengalami kasih karunia Tuhan yang amat berlimpah-limpah, dalam penghayatan Sakramen Ekaristi Kudus yang jadi pusat hidup dalam pelayanan dan juga tujuan hidup yaitu perjamuan surgawi.
Tidak terasa kini Pater Servatius Subhaga,SVD telah 80 tahun menapaki jalan kehidupan dan pada 7 Juli 2018 mendatang akan genap 49 tahun dalam kesetiaannya terhadap imamat yang diterimanya. Tahun depan, 2019 Pater Servas akan merayakan 50 tahun imamat di usia 81 tahun nanti. Mari kita doakan Pater Servas agar beliau penuh berkat dan dapat merayakan 50 tahun imamatnya tahun depan dengan penuh sukacita. Selamat Ulang Tahun Pater.***
Disarikan dari tulisan: Cukuplah Kasih Karunia-Ku Bagimu, 40 Tahun Imamat Pastor Drs. Servatius Subhaga,SVD, buku Misa Syulur 40 Tahun Imamat.
Komentar
Posting Komentar