Rumah Bapa

Bacaan Pertama minggu ini (Kel 20:1-17) menghidangkan Sepuluh Perintah Allah. Tampaknya Musa mengambil pola tingkah laku yang sudah ada dan memberinya tafsiran baru yang didasarkan pada wahyu Allah kepada umat-Nya. Pewahyuan di Sinai ini sangat penting karena menandai awal perjanjian Allah dengan umat-Nya, dan perjanjian dengan Allah ini menjadi dasar tanggung jawab moral umat. Yang disajikan dalam kutipan ini bukan kode etik yang diambil dari masyarakat umum, tetapi wahyu dari Allah tentang kaidah moral yang memiliki keabsahan abadi bagi orang kristiani kalau dikaitkan dengan moralitas Perjanjian Baru, khususnya dengan Kotbah di Bukit (Mat 5)
Mazmur Tanggapan (Mzm 19:8.9.10.11) melanjutkan tema Bacaan Pertama dengan memuji Allah yang telah mewahyukan diri lewat ciptaan dan lewat hukum-Nya.
Dalam Bacaan Kedua (!Kor 1:22-25) Paulus menantang orang-orang Yahudi yang menuntut tanda, dan orang-orang Yunani yang mencari hikmat dengan menyatakan secara gamblang bahwa bagi orang kristiani tanda dan hikmat sejati adalah Kristus yang tersalib : suatu sandungan bagi orang Yahudi, dan kebodohan bagi orang bukan Yahudi; tetapi bagi mereka yang dipanggil, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah. “Yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia, dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia”
Bacaan Injil (Yoh 2:13-25) mengisahkan penyucian Bait Allah. Yohanes menyajikan peristiwa ini sebagai awal dari pelayanan Yesus. Di sini Yesus menunjukkan bahwa dalam Dia kelonggaran yang dulu pernah diberikan sudah berakhir, dan bahwa ibadat sejati kini hanya akan dilaksanakan lewat kenisah tubuh-Nya. Halaman kenisah kini diganti dengan tubuh Kristus dalam kemanusiaan-Nya yang telah dimuliakan. Kini, ibadat dan kesalehan sejati harus dilaksanakan lewat, bersama, dan dalam Kristus. Lebih dari itu, penuturan bahwa Paskah sudah dekat, dan penyebutan “tiga hari” jelas mengacu pada paskah Kristus yang melampaui paskah 
Israel.***

(dari “Panduan Liturgi Hari Minggu dan Hari Raya Tahun B”, hal. 86)

Catatan :
Minggu depan, Minggu IV Prapaskah adalah Minggu LAETARE (Minggu Sukacita), “alat-alat musik dapat dibunyikan dan altar boleh dihiasi dengan bunga…..dapat dipakai busana liturgi warna merah muda” (PPP art 25) (dari Penanggalan Liturgi 2018 Tahun B/II – Komisi Liturgi KWI)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romo Agustinus Lie,CDD *)

Menjadi Gembala “Berbau” Domba

Paroki Maria Bunda segala Bangsa Nusa Dua