Manna Dari Langit

DALAM Kitab Keluaran, dikisahkan bahwa bangsa Israel bersungut-sungut karena kekurangan makanan di padang gurun yang tandus, Allah menurunkan “manna” dari langit selama 40 tahun lamanya (bdk Kel 16:35). Menurut Kitab Keluaran, manna adalah “sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku” (bdk Kel 16:14) dan “warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu” (bdk Kel 16:31). Dan Kitab Bilangan menambahkan bahwa manna itu “seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah” (bdk Bil 11:7).
Manna ini digiling dengan batu kilangan atau ditumbuk dalam lumping, lalu dimasak dalam periuk untuk dibuat menjadi roti bundar (bdk Bil 11:8). Selain terasa “seperti rasa kue madu” (bdk Bil 11:31), manna juga terasa “seperti rasa panganan yang digoreng” (bdk Bil 11:8). Menurut Kitab Ulangan, Allah sengaja membiarkan bangsa Israel lapar dan memberi mereka makan manna, yang tidak mereka kenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyang mereka, untuk membuat mereka mengerti, bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan Tuhan” (bdk Ul 8:3).
Jadi jika bangsa Israel ingin hidup, mereka harus berpegang teguh pada firman Tuhan “dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia” (bdk Ul 8:6), agar Tuhan memberi mereka berbagai makanan dan minuman yang berlimpah (bdk Ul 8:7-10). Bangsa Israel harus hati-hati, supaya mereka jangan sampai melupakan Tuhan “dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya” (bdk Ul 8:11). Apabila bangsa Israel sudah hidup makmur dengan berbagai kekayaan, mereka tidak boleh tinggi hati, dan melupakan Tuhan yang memberikan kekayaan itu (bdk Ul 8:12-18). Sebab kalau bangsa Israel melupakan Tuhan, mereka pasti akan binasa sama seperti bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan (bdk Ul 8:19-20).
Maka tentang manna dari langit, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi : “Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga : Barangsiapa makan daripadanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia!” (bdk Yoh 6:48-51). Jadi dalam hal ini, Yesus membandingkan manna dengan diri-Nya. Baik manna maupun diri Yesus adalah sama-sama roti dari sorga, yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel (bdk Yoh 6:32-33).
Namun demikian, ada perbedaan besar antara manna dan diri Yesus. Manna hanya menunjang hidup bangsa Israel untuk sementara (bdk Yoh 6:49), sedangkan diri Yesus menunjang hidup bangsa Israel untuk selama-lamanya (bdk Yoh 6:50-51.53-54.58). Dengan demikian, bangsa Israel harus menentukan sikap tegas : mengutamakan “makanan yang akan dapat binasa” seperti misalnya manna dan roti, atau mengutamakan “makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal”, yaitu makanan yang akan diberikan oleh Yesus kepada mereka (bdk Yoh 6:27). Jikalau bangsa Israel tidak mau mati seperti nenek moyang mereka, tetapi mau hidup selama-lamanya, maka mereka harus memakan roti hidup yang akan diberikan oleh Yesus (bdk Yoh 6:48-51.58), yaitu tubuh dan darah-Nya sendiri (bdk Yoh 6:53-55)


.................”Perjamuan Paskah” dalam Warta Paroki minggu depan…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romo Agustinus Lie,CDD *)

Menjadi Gembala “Berbau” Domba

Paroki Maria Bunda segala Bangsa Nusa Dua