RD. Martinus Emanuel Ano Generasi Mileneal Dalam Tantangan Ekonomi Digital

PANEL Diskusi  dipandu oleh moderator Horonimus Adil, wartawan senior Majalah Keuskupan Agape. Ia mengatakan Gereja Katolik sebagai sebuah institusi religius memiliki perhatian khusus dan luar biasa terhadap komunikasi. Dibuktikan dengan rutin melaksanakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia (HKS) yang tahun ini ke-52.    
    Kegiatan yang dibuat dalam rangka HKS ini adalah panel diskusi. Komunikasi identik dengan kehidupan kita. Tanpa komunikasi, dunia menjadi sepi, “hanyalah seperti mayat tak bersuara”. Komunikasi selalu mengandung berbagai macam isi, yang dapat multi-makna. Komunikasi akan berujung kepada dua arus: positif atau negatif yang berdampak dalam segala dimensi kehidupan kita. Diskusi ini bertitik tolak pada pesan Paus Fransiskus pada HKS ke-52, yaitu “Kebenaran akan Memerdekakan Kamu” dengan tema “Berita Palsu atau Jurnalisme Perdamaian”.
    Selanjutnya RD Martinus Emanuel Ano  memaparkan  tema “Tantangan Generasi Milenial Menghadapi Ekonomi Digital”. Menurutnya Hoax pada dasarnya “hanya orang sinting punya kerja”. Gereja Katolik mengabdi pada kebenaran. Gereja Katolik mendukung upaya pemerintah dan Polri untuk memusnahkan segala jenis hoax dengan semboyan 100% Katolik 100% Indonesia. Mendukung keutuhan NKRI. Jika kita mau menjadi pengabdi kebenaran, maka harus mengambil alih media sosial. Itulah mengapa Gereja Katolik tidak boleh gaptek. Harus meningkatkan komunikasi lewat media dan teknologi digital.
    Komunikasi sangat dipengaruhi oleh  siapa yang menggunakannya. Ada empat tipe  generasi pemakai komunikasi yakni  generasi Baby Boomers, yang lahir 1940-an sampai 1960-an, generasi X yang lahir 1960-an  sampai 1980-an, generasi Y yang lahir 1980-an sampai 1990-an  dan generasi milenial yang lahir tahun 2000 sampai kini. Dampak negatif  dari generasi milenial adalah  tingkat pengangguran tinggi,  menimbulkan kemungkinan krisis sosial ekonomi jangka panjang yang merusak generasi ini. Terkesan individual, mengabaikan masalah politik, fokus pada nilai materialistik, kurang peduli untuk membantu sesama.Dampak positifnya, pikirannya terbuka, liberal, optimis, menerima ide-ide dan cara-cara hidup.
    Menurut Romo Eman, generasi X menjadi “jembatan” antara generasi Baby Boomers dan Milenial. Pertanyaan penting adalah bagaimana cara kita memahami antargenerasi sebagai satu dalam Gereja, satu dalam paroki, dan satu sebagai keluarga Allah. Pentingnya bersinergi antargenerasi. Lukas 5:37 menyoroti kantong anggur tua diisi kantong anggur baru. Apakah kita masih bisa menjadi pengabdi kebenaran? Berita masa kini tidak memedulikan benar atau tidaknya, melainkan hanya untuk terekspos dan mencari keuntungan. Di sinilah letak bagaimana dunia digital memengaruhi ekonomi.
    Ditegaskan Romo Eman Ano, makna seruan Paus Fransiskus adalah; Dekonstruksi si penggoda, mengobrak abrik pesan asli yang benar menjadi berita palsu yang salah tetapi tampak benar. Hawa digoda oleh ular atau iblis. Penyebab semuanya itu adalah keserakahan kita, yang hanya soal rasa (sangat subjektif dan tidak objektif atau memihak kebenaran). Keserakahan menimbulkan tujuan ekonomis dan manipulatif. Opsi: Yohanes 1:32. “Kami adalah keturunan Abraham” dapat diartikan kini sebagai “kami adalah produk milenial dengan kebebasan”. Bagaimana bisa merdeka, tidak bergantung, jika sudah kecanduan? Setiap orang yang membuat dosa adalah hamba dosa. Setiap orang yang setia dengan berita palsu adalah hamba kepalsuan.***


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romo Agustinus Lie,CDD *)

Menjadi Gembala “Berbau” Domba

Paroki Maria Bunda segala Bangsa Nusa Dua