Menjadi Gembala “Berbau” Domba



PARA PESERTA  Rapat Kerja DPP Pleno Paroki Santo Yoseph Denpasar di Tuka 26 Januari 2018 lalu tentu masih ingat ketika Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar RD.Herman Yoseph Babey menyampaikan masukan  bertajuk Kepemimpinan Pastoral: Menjadi Gembala yang Berbau Domba. Mengapa  Gembala harus berbau Domba?  Apa maksud  dengan pernyataan Gembala Berbau Domba?

Gembala berbau domba adalah ungkapan yang dipakai oleh Sri Paus Fransiskus sebagai sebuah bentuk keprihationan akan melemahnya gaya kepemimpinan dalam Gereja Katolik. Dalam seruan apostolik  ‘ Evangelii Gaudium (Sukacita Injili)’  Paus Fransiskus tegaskan, “ Seorang pewarta janganlah terlihat seperti orang yang pulang dari pemakaman. Gembala seharusnya berbau domba. Gereja harus seperti  rumah sakit di medan perang. Gereja bukan untuk yang sempurna tetapi bagi siapa saja yang ingin mencari  Tuhan. Gereja hendaknya didedikasikan bagi orang miskin, terluka, lemah dan tersingkir”.

Kehadiran seorang gembala harus menjadikan kawanan domba  yang dipimpinnya selalu merasa  nyaman dan bahagia. Maka gembala  yang berbau domba memiliki ciri-ciri  berikut ini.

Gembala yang
memimpin
Ia memimpin, memberi makan, memelihara, menyamankan, mengarahkan dan melindungi mereka. Gembala kawanan  milik Tuhan memimpin dengan meneladani kesalehan dan kebenaran secara pribadi dan mendorong supaya orang lain mengikuti teladannya.  Srorang pemimpin kristen mengikuti teladan Kristus dan membangkitkan orang lain untuk mengikuti Kristus.

Gembala yang memberi makan
Pemimpin harus memberi makan dan memelihara dombanya dan pakan domba yang terbaik adalah Firman Allah.

Gembala yang memelihara
Gembala Kristen menyamankan dombanya, membalut luka mereka dan mengenakan obat belaskasih dan kasih. Sebagai orang Kristen di dunia ini, kita menderita akibat  berbagai luka batin dan kita membutuhkan pemimpin yang berbelaskasih, yang dapat membantu menanggung beban kita bersama, mengerti situasi kita, bersabar dengan kita, mendukung kita dalam Firman dan membantu membawa keprihatinan kita dalam doa kepada tahta Sang Bapa.

Gembala yang mengarahkan
Seorang gembala menggunakan tongkatnya untuk menarik seekor domba yang menjauh dari kawanannya, pemimpin Kristen mengoreksi dan mendisiplinkan kepunyaannya ketika mereka menyimpang. Tanpa dendam atau memaksa tapi dengan roh lemah lembut.

Gembala yang melindungi
Pemimpin Kristen  melindungi. Gembala yang santai dalam melindungi kawanannya  akan menemui bahwa jumlah dombanya akan berkurang akibat hewan pemangsa yang berkeliaran di sekitar, dan kadang di tengah kawanannya. Pemangsa pada jaman ini  adalah mereka yang mencoba  mengumpan para domba lain dengan doktrin palsu, dengan menuduh alkibat sebagai  ajaran kolot dan pelik, yang tidak cukup, tidak jelas dan tidak dapat diketahui. 

Maka menjadi gembala yang berbau domba adalah cita-cita  luhur gereja yang harus dibangunh, dipelihara dan diperjuangkan oleh setiap orang yang mengambil bagian dalam tugas kegembalaan Gereja. Tugas dan peran ini hendaknya  tidak dipahami sebagai tanggung jawab kaum tertahbis tetapi menjadi tanggung jawab semua umat beriman, baik  yang tertahbis maupun yang terbaptis. ***Disarikan dari materi: Kepemimpinan Pastoral oleh: RD Herman Yoseph babey.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romo Agustinus Lie,CDD *)

Paroki Maria Bunda segala Bangsa Nusa Dua