Jalan Salib (2)
Karya: Agust G Thuru
Engkau memanggul salib berat
Menyusuri jalanan berdebu
Kerikil tajam melukai telapak kaki-Mu
Darah menetes dari luka-Mu
Melekat pada debu hitam pekat
Dan Engkau tak mengeluh
Sungguh Engkau pasrah
Menjalani hukuman yang tak adil
Membiarkan serdadu-serdadu menzalimi-Mu
Tapi sorot mata-Mu lembut penuh maaf
Sorot wajah penuh cinta Anak Domba Allah
Engkau usung salib meski berat
Mengayunkan langkah penuh beban
Engkau diarak dengan tangan terikat
Seperti menggiring penjahat ke pembantaian
Tangan-tangan kekar para algojo
Mengayunkan gada ke kepala-Mu
Dan cemetih berujung duri
Melukai sekujur tubuh-Mu
Dan Engkau diam membisu
Membiarkan mereka mensesah-Mu
Tapi Engkau tuliskan guratan senyum
Pada perempuan-perempuan di jalanan
Yang menangisi-Mu
Di atas langit matahari menerjang sinarnya
Membakar luka-luka-Mu
Dan keringat-Mu mengalir di jalanan kota
Di antara teriakan-teriakan penghinaan
Antara kata-kata cacian dan makian
Dan ketika Engkau jatuh tersungkur
Mereka menginjak-Mu tanpa ampun
Tapi Engkau diam membisu
Tanpa protes dan tanpa perlawanan
Jalan salib-Mu menuju Kalvari
Melangkah di jalan penuh tikungan
Mendaki tanjakkan dalam penderitaan
Dan para algojo dirasuk setan
Nafsu membunuh mendesak jiwanya
Lalu mereka berteriak: Bunuh Dia!
Tuhanku...
Jalan salib-Mu adalah penebusan
Tetapi jalan salib kami penuh permusuhan
Jalan salib untuk membalas dendam
Jalan salib membela agama dan Tuhannya
Jalan salib saling cemooh dan merendahkan
Jalan salib sambil membakar rumah ibadah
Jalan salib membunuh tanpa belaskasih
Pada jalan salib-Mu
Tuhanku, biarkan kami menadah darah-Mu
Pada pinggan jiwa yang lemah
Agar dengan darah-Mu yang kudus
Kami menyuburkan hati yang berbelaskasih
Sehingga mampu menghargai sesama.
Dan mengimani-Mu seutuhnya.***
Denpasar,
Jumat 16 Pebruari 2018
Engkau memanggul salib berat
Menyusuri jalanan berdebu
Kerikil tajam melukai telapak kaki-Mu
Darah menetes dari luka-Mu
Melekat pada debu hitam pekat
Dan Engkau tak mengeluh
Sungguh Engkau pasrah
Menjalani hukuman yang tak adil
Membiarkan serdadu-serdadu menzalimi-Mu
Tapi sorot mata-Mu lembut penuh maaf
Sorot wajah penuh cinta Anak Domba Allah
Engkau usung salib meski berat
Mengayunkan langkah penuh beban
Engkau diarak dengan tangan terikat
Seperti menggiring penjahat ke pembantaian
Tangan-tangan kekar para algojo
Mengayunkan gada ke kepala-Mu
Dan cemetih berujung duri
Melukai sekujur tubuh-Mu
Dan Engkau diam membisu
Membiarkan mereka mensesah-Mu
Tapi Engkau tuliskan guratan senyum
Pada perempuan-perempuan di jalanan
Yang menangisi-Mu
Di atas langit matahari menerjang sinarnya
Membakar luka-luka-Mu
Dan keringat-Mu mengalir di jalanan kota
Di antara teriakan-teriakan penghinaan
Antara kata-kata cacian dan makian
Dan ketika Engkau jatuh tersungkur
Mereka menginjak-Mu tanpa ampun
Tapi Engkau diam membisu
Tanpa protes dan tanpa perlawanan
Jalan salib-Mu menuju Kalvari
Melangkah di jalan penuh tikungan
Mendaki tanjakkan dalam penderitaan
Dan para algojo dirasuk setan
Nafsu membunuh mendesak jiwanya
Lalu mereka berteriak: Bunuh Dia!
Tuhanku...
Jalan salib-Mu adalah penebusan
Tetapi jalan salib kami penuh permusuhan
Jalan salib untuk membalas dendam
Jalan salib membela agama dan Tuhannya
Jalan salib saling cemooh dan merendahkan
Jalan salib sambil membakar rumah ibadah
Jalan salib membunuh tanpa belaskasih
Pada jalan salib-Mu
Tuhanku, biarkan kami menadah darah-Mu
Pada pinggan jiwa yang lemah
Agar dengan darah-Mu yang kudus
Kami menyuburkan hati yang berbelaskasih
Sehingga mampu menghargai sesama.
Dan mengimani-Mu seutuhnya.***
Denpasar,
Jumat 16 Pebruari 2018
Komentar
Posting Komentar