Paroki St. Maria Ratu Gumbrih




Profil Paroki: Paroki St. Maria Ratu Gubrih meliputi wilayah Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Pusat paroki berada di Banjar Dinas Pasar, Desa Gubrih, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.Buku permandian sejak tahun 1939.

Saat ini dipimpin oleh Rm. Flavianus Endi, Pr. Untuk menjalankan karya pastoral dibentuk Dewan Pastoral paroki. Pengurus inti DPP adalah, ketua Yohanes I Nyoman Natal, Wakil Ketua Arnoldus I Made Merta, Sekretaris F. Nyoman Melasti dan bendahara I Wayan Purnegara.
Sampai dengan Mei 2010, jumlah umat 800 orang dengan jumlah kepala keluarga 75 KK. Jumlah anak-anak, laki-laki 24 orang dan perempuan 22 orang sedangkan jumlah orang muda, laki-laki 5 orang dan perempuan 6 orang.
Karya pastoral yang menonjol adalah pendidikan, kesehatan dan pembinaan iman. Untuk pendidikan terdapat sebuah TKK yang dikelola oleh Yayasan Insan mandiri. Di paroki Gumbrih pernah ada sebuah SD yakni SDK Swastiastu namun akhirnya ditutup tahun 1984. Sedangkan di bidang kesehatan terdapat sebuah poliklinik/BKIA Dhirga Hayu yang bernaung di bawah Yayasan Kertayasa Negara.
Kelompok-kelompok kategorial antara lain, Legio Maria, WKRI Cabang Gumbrih, Mudika (Orang Muda) dan Sekami. Juga ada Pemaksan Katolik yang merupakan perkumpulan keluarga-keluarga katolik yang sekaligus sebagai Sekaa Suka Duka dan membantu pekerjaan-pekerjaan paroki yang berat, yang memerlukan ayahan, menghias di luar gereja, memlihara kuburan, memelihara tanah laba gereja, membantu pembangunan dan lain-lain.

Tahun 1935 Pastor Simon Buis SVD yang dijuluki Ida Pedanda Lingsir atau orang tua yang penuh wibawa bersama dengan umat dari Tuka pindah ke Bali Barat. Mereka masuk Gumbrih, namun sebagian besar melanjutkan perjalanan ke Palasari sedangkan tiga keluarga tetap tinggal di Gumbrih. Dan mereka inilah cikal bakal Gereja Katolik di Gumbrih.

Bagi umat Paroki Gumbrih, Pekak Isak adalah salah satu ‘ seka tua’ yakni kelompok pertama yang terdiri dari 30 keluarga yang membuka hutan dan menetap di Gumbrih pada tahun 1930-an. Ia sebelumnya pemeluk Kristen protestan. Ia terpikat dengan sosok Pan Regik dan Pan Lidah dari Tuka, yang datang bersama-sama dengan P.Simon Buis,SVD dan memilih tetap tinggal di Gumbrih ketika yang lain meneruskan pernjalanan ke Palasari. Pekak Isak adalah kelompok pertama umat katolik Gumbrih yang berjumlah 7 orang. Mereka dilayani oleh P. Simon Buis,SVD dan P. De Boer,SVD dan P. Nobert Shadeg SVD. Rumah Pekak Isak menjadi tempat ibadat. Bahkan Pekak Isak menyediakan kamar untuk pastor. Karena jumlahnya semakin bertambah maka dibangun kapel yang terletak di pinggir jalan antara rumah Pan Kenyem dan Pekak Isak. Dan Pan Isak juga yang menjual tanahnya untuk pemukiman umat katolik.
Tahun 1954 ada dua anak yang diterima sekolah di SDK Swastiastu. Mereka adalah Ketut Pendek dari Abianbase dan Ketut Kerag dari Slabih. Ketut Kerag lalu masuk katolik dan dibaptis oleh P.Yoseph Flaska,SVD tahun 1955. Saat ini ia adalah Bruder Yosef,FIC dan bertugas di Kalimantan. Kakak Br. Yoseph bernama Pan Rapti serta sebagian besar rumpun keluarganya (kiyang sumbreg) masuk katolik dan mereka menjadi umat katolik Stasi Slabih. Mereka pun membangun kapel dan menyiapkan sebidang tanah untuk kuburan katoilik. Sedangkan di desa Penataran keluarga Gst. Aji Sidia pun masuk katolik.
Di Yeh Bakung, bekas pemangku bernama Pan Repet (Pekak Serani) bersama keluarganya masuk katolik. Ia membangun kapel dan menyiapkan sebidang tanah untuk kuburan katolik. Setelah Pan Serani meninggal banyak keluarganya pindah ke Sumatera. Keluarga lainnya yang masih tinggal di Yeh Bakung menyatakan ‘Mereren’, yakni istirahat dari agama katolik untuk jangka waktu tak tentu sehingga tahun 1985 tak ada lagi umat katolik di Yeh Bakung.
Tahun 1950 P.Nobert Shadeg merintis membangun gereja dan pastoran. Tanah untuk gereja dibeli dari I Made Puri (Pan Surasa) yang sekarang adalah lokasi gereja. P. Y Flaska mendirikan SDK Swastiastu yang kemudian tutup tahun 1984 karena tak ada murid. Tanggal 25 Maret 1961 Mgr. Hermens memberkati gereja Gumbrih dengan nama pelindung ‘Santa Maria Regina’ (=St. Maria Permaisuri). Sedangkan Dewan Paroki Gumbrih pertama kali dibentuk pada masa kepemimpinan P.H.Balhorn,SVD tahun 1978.
Para imam yang pernah melayani umat Paroki Gumbrih adalah; P.Simon Buis,SVD,P.Van de Berg,SVD, P.J.Kersten,SVD, P.Blanken,SVD, P.Nobert Shadeg,SVD, P.J.Flaska,SVD, P.A de Boer,SVD, P.C.Dohmen,SVD, P. Patrisius Wirawan, SVD, Rm. Piet Nyoman Giri,Pr, Rm. Ambrosius Darmajuwana,MSF, Rm. Damianus Djanggu,Pr, P.H.Balhorn,SVD, P. Yoseph Wora,SVD, P.Guido Fahik,SVD, P. Frans Sidok,SVD, P. Fredy Dhay,SVD, P. Lukas Kilatwono,SVD, P. Kristianus Ratu, SVD, Rm. YB Nyoman Suryana,Pr. Alamat yang bias dihubungi: Jalan Gereja No 4 Gumbrih, Pekutatan Jembrana, Telpon 0365-43323.(Ditulis kembali oleh Agust G Thuru berdasarkan laporan Paroki Gumbrih)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romo Agustinus Lie,CDD *)

Menjadi Gembala “Berbau” Domba

Paroki Maria Bunda segala Bangsa Nusa Dua